"Kami berharap Tiongkok dan AS dapat mencapai kesepakatan dengan saling menghormati dan saling menguntungkan dengan perlakuan yang sama satu sama lain. Itu tidak (hanya) penting bagi Tiongkok dan AS, tapi juga bagi dunia," katanya seraya menjelaskan ekonomi global terintegrasi sangat erat, seperti dikutip dari CNBC, Sabtu, 28 September 2019.
Namun, kejadian tak terduga terjadi ketika perwakilan Tiongkok yang berada di Washington membatalkan perjalanan untuk membahas perdagangan menjelang pembicaraan tingkat tinggi bulan depan. Kondisi itu mau tidak mau membuat indeks saham AS terutama S&P melemah.
Namun, media Pemerintah Tiongkok melaporkan pembatalan itu tidak ada hubungannya dengan pembicaraan perdagangan. Sementara Kementerian Perdagangan Tiongkok mengatakan negosiasi yang dilakukan cukup konstruktif. Sejauh ini, Tiongkok berharap kesepakatan dagang yang saling menguntungkan bisa terjadi dengan AS.
Sementara itu, pasar saham global telah terguncang oleh pertarungan perdagangan AS-Tiongkok yang berkepanjangan, dengan para investor khawatir bahwa itu akan membuat dunia memasuki resesi. Tentu ada harapan agar resesi tidak terjadi karena bisa memberikan efek negatif yang mendalam terhadap negara-negara di dunia.
Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mengatakan pertumbuhan ekonomi dunia di tahun ini akan mencapai level terlemah sejak krisis keuangan global pada 2008-2009. Ekonomi global diperkirakan melambat dari 3,6 persen pada 2018 menjadi 2,9 persen pada 2019, dan 3,0 persen di 2020.
"Itu sinyal yang sangat berbahaya. Jika Dana Moneter Internasional menurunkan pertumbuhan ekonomi global bulan depan, itu akan menjadi ancaman besar bagi ekonomi global dan akan ada dampak langsung terhadap perdamaian dan pembangunan," kata Zhu.
"Jadi sudah waktunya bagi Tiongkok dan AS untuk benar-benar (kembali) ke komunikasi serius berdasarkan rasa saling menghormati dan saling menguntungkan (terkait kesepakatan dagang)," katanya.
Sebelumnya, Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang menilai akan sangat sulit bagi perekonomian Tiongkok untuk tumbuh pada tingkat enam persen atau lebih. Pasalnya, ketidakpastian ekonomi dunia masih terus terjadi dan perang dagang masih berlarut-larut. Adapun PDB Tiongkok di kuartal II-2019 tumbuh pada level terendah 30 tahun yakni 6,2 persen.
"Angka 6,2 persen ini masih tertinggi di dunia di antara negara-negara ekonomi utama. Tapi (pertumbuhan ekonomi) 6,2 persen tidak mudah karena sekarang, setiap pertumbuhan satu persen di Tiongkok terhubung ke lebih dari 2 juta orang pekerjaan," pungkas Zhu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News