"Tidak banyak investasi yang masuk ke sektor energi di mana USD1 triliun telah ditangguhkan atau dibatalkan di tengah kemerosotan harga beberapa tahun terakhir," ungkap CEO Aramco Amin Nasser, pada sebuah konferensi pers mengenai investasi, di Riyadh, seperti dikutip dari AFP, Rabu 25 Oktober 2017.
Dari jumlah itu, lanjutnya, sebanyak USD300 miliar jatuh tempo untuk investasi eksplorasi minyak dan USD700 miliar untuk pengembangan proyek. "Ini akan berdampak pada masa depan energi jika tidak ada yang terjadi," kata Nasser, menunjuk pada kebutuhan tambahan karena depresiasi ladang secara alami dan kenaikan permintaan yang normal.
Nasser mengatakan energi terbarukan tidak akan mengancam posisi minyak dan gas bumi sebagai sumber energi global utama. "Kami menyaksikan sebuah transformasi. Tapi akan beberapa dekade sebelum energi terbarukan mengambil bagian besar dalam bauran energi," katanya.
Harga minyak global berada lebih dari separuhnya pada 2014 karena kelebihan pasokan dan lemahnya pertumbuhan ekonomi global. Harga telah melakukan pemulihan parsial setelah produsen dari negara-negara OPEC dan negara-negara non-OPEC sepakat tahun lalu untuk memangkas produksi sebesar 1,8 juta barel per hari.
Kesepakatan enam bulan awal selanjutnya diperpanjang sembilan bulan sampai akhir Maret. Arab Saudi, eksportir minyak utama dunia, menghasilkan potongan terbesar sekitar 500.000 bpd. Dikatakan akan meningkatkan pengurangan menjadi 560.000 bpd pada November.
Kerajaan telah kehilangan ratusan miliar dolar pendapatan minyak sejak pertengahan 2014 dan akibatnya membukukan defisit anggaran yang sangat besar. Ini telah meluncurkan paket reformasi ekonomi yang mencakup rencana untuk menjual hingga lima persen saham milik negara Aramco.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News