"Kami lihat di AS ketidakpastian kebijakan fiskal dan perdagangan. Kami antisipasi AS akan lebih proteksionis," kata Gubernur BI Agus Martowardojo, di Kompleks Perkantoran BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (20/1/2017).
Untuk itu, pemerintah Indonesia perlu mengantisipasi kebijakan Trump karena ekspor Indonesia ke AS mencapai USD15 miliar. Ini bisa dilakukan dengan membuka pasar ekspor baru ke negara-negara lainnya.
Baca: Klaim Pengangguran AS Turun Tidak Terduga
Ketidakpastian di AS, lanjut Agus, juga dipengaruhi oleh rencana kenaikan suku bunga oleh the Fed. Jika bunga meningkat dalam beberapa tahun ke depan maka bisa dipastikan akan menguatkan nilai tukar dolar terhadap semua mata uang dia.
"Kami tahu kalau Fed rate naik maka bunga tiga tahun ke depan, (dampaknya) khususnya USD akan naik. Jadi masyarakat atau kroporasi yang pinjam dalam USD harus siap dengan kondisi yang lebih mahal," jelas dia.
Baca: Para CEO Bersiap Sesuaikan Diri di Era Trump
Selain kedua hal tadi, BI memandang jika harga komoditas mulai mengalami perbaikan. Khususnya harga minyak dunia yang tahun ini diprediksi mengalami kenaikan setelah mengalami tekanan selama beberapa tahun terakhir.
"Kami juga perhatikan harga minyak dunia baik karena negara OPEC setuju kurang produksi dan negara non-OPEC sepakat jaga produksi agar harga lebih baik. Kondisi di dunia seperti itu kami sambut positif," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News