Mengutip Antara, Selasa, 13 Agustus 2019, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September naik USD0,43 menjadi USD54,93 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober naik USD0,04 menjadi USD58,57 per barel di London ICE Futures Exchange.
Para investor terpecah antara ekspektasi perlambatan pertumbuhan permintaan minyak global. Serta obrolan tentang upaya-upaya baru oleh produsen-produsen utama untuk mengurangi produksi dan mendukung harga, kata analis.
Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, telah sepakat untuk memotong 1,2 juta barel per hari (bph) mulai 1 Januari.
Kuwait berkomitmen penuh pada perjanjian OPEC+, Menteri Perminyakan Khaled al-Fadhel mengatakan Kuwait telah memangkas produksinya sendiri lebih dari yang dipersyaratkan dalam perjanjian.
Menurutnya kekhawatiran penurunan ekonomi global terlalu dibesar-besarkan dan permintaan global untuk minyak mentah akan meningkat di paruh kedua, sehingga membantu mengurangi surplus persediaan minyak secara bertahap.
Para analis mengatakan dalam sebuah tanda bahwa pemimpin OPEC de-facto Arab Saudi bermaksud mendukung harga, Saudi Aramco yang dikelola negara siap untuk meluncurkan apa yang bisa menjadi penawaran umum perdana terbesar di dunia.
"Pemerintah Saudi akan memutuskan kapan IPO akan berlangsung berdasarkan persepsi tentang apa yang akan menjadi kondisi pasar optimal," kata Eksekutif Senior Aramco Khalid al-Dabbagh, dalam sebuah konferensi jarak jauh dengan para analis.
Ia mengatakan Saudi Aramco telah menandatangani surat perjanjian dengan Reliance India yang berpotensi membeli saham dalam bisnis penyulingan dan petrokimia.
"Saudi akan membutuhkan harga minyak yang lebih tinggi untuk IPO-nya, dan ini menegaskan mereka akan melakukan apapun untuk menaikkan harga minyak," kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago.
Analis mengatakan pengurangan lebih banyak diperlukan untuk mendukung harga karena pengamat dan lembaga pemerintah mengeluarkan prediksi suram untuk ekonomi global dan pertumbuhan permintaan minyak.
Prospek ekonomi telah memburuk di seluruh dunia karena perselisihan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok meningkat, lembaga ekonomi Ifo Jerman mengatakan dalam survei triwulanannya terhadap hampir 1.200 pakar di lebih dari 110 negara.
"Ini akan membuat pasar jauh lebih lama untuk kembali ke keseimbangan, yang telah memaksa produsen OPEC dan non-OPEC untuk melanjutkan pengurangan produksi mereka," kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News