Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro, mengakui hal tersebut. Ia menjelaskan, Pertamina kini tengah menyiapkan fasilitas blending dengan menyediakan hal itu pada setiap terminal BBM milik Pertamina.
"Dari Pertamina kami siap memenuhi apa yang jadi keinginan pemerintah. Dengan adanya persentase komposisi (biofuel) naik sampai 15 persen untuk campuran masuk ke dalam biodiesel, kami siapkan fasilitas-fasilitas blending di terminal-terminal BBM Pertamina," papar Wianda, dalam acara silaturahmi di Sate Khas Senayan, Jalan Kebon Sirih No 31 A, Jakarta Pusat, Senin (16/3/2015) malam.
Ia mengaku, sampai saat ini sudah hampir semua terminal BBM Pertamina memiliki fasilitas blending tersebut. Meski tak 100 persen, namun Pertamina terus menyediakan fasilitas itu kepada seluruh terminal BBM miliknya.
Ia berharap agar para konsumen dapat beralih menggunakan biodiesel dari penggunaan solar biasa. Hal ini dilakukan agar penyerapan penggunaan biodiesel di Indonesia terus meningkat, pasalnya, pemerintah telah menargetkan penggunaan biodiesel dalam setahun sebesar 4,6 juta kiloliter.
Menurut catatan Pertamina, penggunaan biodiesel pada 2014 baru terserap sekitar 31 persen atau sebanyak 1,45 juta kiloliter. Bahkan Pertamina memprediksi, penggunaan biodiesel pada 2015 bakal menurun dari capaian 2014 itu sendiri. Hal ini terjadi karena belum semua konsumen solar beralih ke biodiesel.
"Harapan kami bisa luas (penggunaan biodiesel) diterapkan kepada pengguna solar, sehingga tingkat penyerapannya bisa meningkat. Bahkan kita berharap bisa sesuai dengan harapan pemerintah sekitar 4,6 juta kiloliter per tahun secara bertahap," pungkas Wianda.
Sebelumnya, pemerintah merilis empat paket kebijakan untuk menekan depresiasi rupiah, salah satunya adalah pemanfaatan biofuel yang ditingkatkan menjadi 15 persen. Langkah ini diambil untuk memangkas impor BBM jenis solar yang akan berdampak pada penghematan devisa agar pelemahan rupiah dapat segera teratasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News