Status junk berarti sebuah negara tidak masuk dalam kategori investment grade (non-investment grade), yang berarti sebuah negara dianggap memiliki kemampuan yang meragukan dalam memenuhi kewajibannya dan biasanya cenderung sulit memperoleh pendanaan.
Peringkat kredit yang dipangkas ini akan membuat Rusia sedikit kesulitan dalam meminjam uang. Banyak investor hanya akan mengambil obligasi berstatus investment grade serta akan dipaksa untuk menjual obligasi Rusia.
CNN Money melansir, Selasa (27/1/2015), ekonomi Rusia telah terhempas ke jurang resesi karena harga minyak yang melemah secara dramatis. Sanksi yang dikenakan oleh negara-negara Barat atas tindakan Rusia di Ukraina juga memberikan tekanan berat pada perekonomiannya.
Setengah dari pendapatan Pemerintah Rusia berasal dari ekspor minyak dan gas. Pada Desember, S & P memperingatkan bahwa Rusia memiliki beberapa pilihan yang tersisa untuk membangkitkan kembali perekonomiannya dan mengisyaratkan bahwa lembaga tersebut menempatkan Rusia yang berpotensial downgrade.
Situasi ekonomi Rusia makin memburuk setelah harga minyak terus melemah. Harga minyak mentah saat ini diperdagangkan di level USD45 per barel, dibandingkan Juli silam sebesar USD100. Pemerintah Rusia dalam anggarannya mengasumsikan bahwa harga minyak akan diperdagangkan di atas USD100 per barel tahun ini.
Selain itu, faktor penyebab lainnya, mata uang Rusia, rubel, telah jatuh ke posisi terendah sepanjang masa, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan menuju ke krisis keuangan. Rubel kehilangan lebih dari 40 persen dari nilainya terhadap dolar AS. Rusia pun bergegas menarik rubel dan mengubahnya menjadi dolar, khawatir akan terjadi devaluasi dan naiknya harga barang impor.
Mengawal peyusutan rubel, S & P memperkirakan inflasi di Rusia akan naik di atas 10 persen tahun ini. Bank sentral Rusia juga telah menaikkan suku bunganya selama lima kali sebagai upaya untuk menopang rubel. Bank sentral Rusia bulan lalu menyatakan akan memberikan pinjaman darurat sebesar 30 miliar rubel (USD545 juta) untuk menjaga perbankan bertahan dan melindungi simpanan nasabah.
Namun demikian, lembaga pemeringkat S & P telah memperingatkan bahwa bank sentral akan menghadapi keputusan kebijakan moneter yang semakin sulit karena inflasi menjadi lebih dari masalah yang akan dihadapi negara tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News