Ilustrasi (Jason Lee/AFP/Getty Images)
Ilustrasi (Jason Lee/AFP/Getty Images)

Akhir Perang Dagang AS-Tiongkok Belum Tampak

Angga Bratadharma • 10 Agustus 2019 19:03
New York: Perang dagang yang digelorakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump hadir dengan strategi yang agresif dan jelas. Akan tetapi hasil akhirnya masih kabur, yaitu tidak jelas seperti apa kemenangan itu nantinya. Sejauh ini, hubungan dagang antara Washington dengan Beijing kian memanas usai pemberlakuan tarif baru oleh Trump.
 
Tidak dipungkiri ada ambisi yang tinggi dan dibenarkan bahwa dunia tanpa tarif dan area bermain bisnis yang sejajar. Perdagangan adil membuat Tiongkok dan AS bisa mengalirkan barang secara bebas. Bahkan akan kian positif jika Tiongkok membuka pasar lebih besar terhadap investor asing serta berakhirnya pencurian hak milik intelektual yang dikalim AS.
 
Mengutip CNBC, Sabtu, 10 Agustus 2019, kesemuanya itu dipandang perekonomian dunia sebagai ketidakpastian. Apakah benar-benar ada AS yang lebih kuat atau Tiongkok yang melemah? Jika perusahaan Amerika memiliki akses penuh ke pasar Tiongkok, apakah benar-benar ada banyak keuntungan? Dan berapa biaya perdagangan?

Dalam sebuah wawancara dengan CNBC, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengukur apa yang Gedung Putih cari ketika pemerintah meningkatkan ketegangan perdagangan dengan Tiongkok dan mencari kesepakatan yang dianggap menguntungkan bagi kepentingan AS.
 
"Presiden telah mengatakan beberapa kali tujuan utamanya, sehubungan dengan sistem perdagangan dunia adalah tarif nol, hambatan perdagangan non-tarif, dan nol subsidi. Ada banyak manfaat untuk perdagangan yang benar-benar gratis dan sah. Ada manfaat konsumen dan manfaat bisnis di kedua sisi," kata Kudlow, yang juga Direktur Dewan Ekonomi Nasional.
 
Dalam angka kasar, Kudlow mengeluarkan angka USD600 miliar yang dianggap bisa diambil kembali oleh AS terkait klaim pencurian properti intelektual. Angka tersebut kemungkinan berasal dari perkiraan di 2017 yang sering dikutip dari Komisi Bipartisan tentang Pencurian Kekayaan Intelektual Amerika, yang menempatkan harga di kisaran USD225 miliar hingga USD600 miliar.
 
"Presiden adalah transformatif. Dia membangun kembali ekonomi Amerika dan kami telah mencapai beberapa keberhasilan. Hal-hal ini tidak mudah, dan itu termasuk ketidakseimbangan perdagangan. Jadi yang kami coba lakukan adalah memiliki perdagangan timbal balik yang adil dan lebih bebas dengan Tiongkok," kata Kudlow.
 
Ketidakpastian perdagangan telah memangkas seluruh lanskap keuangan AS. Penghasilan perusahaan telah goyah karena perusahaan multinasional menyaksikan keuntungan mereka jatuh. Hal itu terjadi lantaran biaya operasional yang lebih tinggi dan rantai pasokan terganggu. Sementara Wall Street mencatat sejumlah penurunan pada indeks utama saham AS.
 
"Jika Anda ingin sukses, Anda harus strategis. Sangat jelas apa gunanya, bagaimana Anda ingin mendapatkannya, apa kemenangannya. Karena faktanya adalah, Anda mengajukan pertanyaan ini dan saya bahkan tidak bisa memberi tahu Anda apa itu kemenangannya nanti," kata Kepala Ekonom AS di TS Lombard Steven Blitz.
 
Meski secara umum memiliki pandangan positif pada ekonomi, Trump belum menikmati banyak dari perang perang. Sebuah jajak pendapat nasional Universitas Quinnipiac baru-baru ini menunjukkan 71 persen memandang ekonomi AS dalam kondisi sangat baik atau baik dan hanya 40 persen menyetujui kebijakan perdagangan Trump, dengan 48 persen menentang.
 
"Ini benar-benar tentang menempatkan beberapa hal yang dia hancurkan kembali. Hatinya ada di tempat yang tepat, tetapi eksekusi terbukti agak canggung. Kami kehilangan narasi tujuan akhir. Karena bagaimana Anda tahu mendapatkan perdagangan bebas?" pungkas Blitz.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan