Analis berpendapat bank sentral Tiongkok tidak mungkin merespons dengan perubahan besar pada kebijakan moneternya. Alih-alih, PBoC tidak perlu terlalu khawatir tentang nilai tukar yuan terhadap USD di tengah ketegangan perdagangan kedua negara, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan kritikan yang membuat yuan secara artifisial lemah untuk mendorong ekspor.
"Tarif secara keseluruhan berada dalam tren menurun," kata Ahli Strategi Pasar Global JPMorgan Asset Management Zhu Chaoping, seperti dikutip dari CNBC, Sabtu, 3 Agustus 2019.
Di antara berbagai langkah kebijakan, Zhu menilai, bank sentral Tiongkok dapat mundur dari kebijakan valuta asing dan lebih fokus pada langkah-langkah lain, seperti meningkatkan pembiayaan untuk usaha kecil dan menengah. Sedangkan the Fed memangkas suku bunga acuannya pada Rabu waktu setempat untuk pertama kalinya sejak 2008.
Namun sayangnya, kebijakan itu bertentangan dengan ekspektasi pasar yang berharap ada penurunan suku bunga acuan lagi di masa mendatang. Hal itu lantaran Ketua Fed Jerome Powell menyebut keputusan pemangkasan suku bunga di pertemuan Juli adalah penyesuaian pertengahan siklus untuk kebijakan moneter bank sentral.
Beberapa investor menafsirkan langkah tersebut sebagai indikasi kebijakan moneter yang lebih ketat dari yang diharapkan. Sedangkan indeks saham utama AS turun lebih dari satu persen usai komentar Powell. Imbal hasil obligasi pemerintah dua tahun yang sensitif sempat melonjak ke level tertinggi sejak akhir Mei, sementara imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun turun.
Chief Investment Officer Voya Investment Management Matt Toms mengatakan pergerakan pasar keuangan seperti itu kemungkinan merupakan reaksi berlebihan. "Kami akan melihat ke the Fed untuk keluar dan berbicara lebih banyak tentang kurangnya inflasi. Itu akan membantu melemahkan dolar, dan menajamkan kurva hasil," ucapnya.
Sebelumnya, bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve memutuskan menurunkan suku bunga acuan untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan global 2008. Langkah itu dilakukan di tengah peningkatan kekhawatiran atas ketegangan perdagangan, ekonomi global yang melambat, dan tekanan inflasi yang diredam.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), badan penetapan suku bunga the Fed, memangkas target untuk suku bunga acuan federal fund (FFR) sebesar 25 basis poin ke kisaran 2,00 persen hingga 2,25 persen setelah mengakhiri pertemuan kebijakan dua hari, sejalan dengan harapan pasar.
"Sepanjang tahun ini, pertumbuhan global yang lemah, ketidakpastian kebijakan perdagangan, dan inflasi yang diredam telah mendorong FOMC untuk menyesuaikan penilaiannya terhadap jalur suku bunga yang tepat," kata Ketua Fed Jerome Powell, dalam konferensi pers.
Meskipun pertumbuhan lapangan pekerjaan kuat dan pengeluaran konsumen kuat, kepala bank sentral menunjukkan bahwa output manufaktur telah menurun selama dua kuartal berturut-turut, investasi tetap bisnis turun pada kuartal kedua, dan pengurangan inflasi domestik terus berlanjut.
"Komite bergerak dari memperkirakan kenaikan suku bunga tahun ini ke sikap bersabar tentang perubahan apapun dan kemudian ke tindakan hari ini," pungkas Powell.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News