Baca : Ketua The Fed: Alasan Kenaikan Suku Bunga Menguat
"Sebetulnya, ujung tombak negara maju saat ini adalah Amerika Serikat (AS). Tapi dia juga melambat, untuk Eropa dan Jepang growth-nya 0,5 persen. Emerging market turun juga seperti Tiongkok dan India yang kita prediksikan tidak akan tumbuh. Artinya, tidak ada di dunia ini negara yang memimpin pertumbuhan ekonomi," ungkap Faisal, ditemui dalam acara 'Paparan Ekonomi 2017: Menanti Fajar dalam Keseimbangan Baru Ekonomi Global' di Panti Perwira Balai Sudirman, Menteng, Jakarta, Senin (5/12/2016).
Faisal menyebutkan, semua negara sangat sibuk memperbaiki tingkat ekonominya. Amerika Serikat juga sangat giat mengembalikan keadaan ekonominya seperti semula. Pada kuartal III-2016, perekonomian AS tumbuh menjadi 3,2 persen, dari posisi 2,8 persen di kuartal II-2016.
"Tak hanya itu, angka pengangguran juga turun dari 4,9 persen ke 4,6 persen. Banyak orang yang juga diserap banyak pekerja AS sebanyak 171 ribu bulan lalu. Upah rata-rata buruh di sektor swasta juga naik 2,8 persen pada Oktober, sedikit turun jadi 2,4 persen di November, tapi tetap di atas pertumbuhan upah long term yang ada dua persen," kata Faisal.
Lanjut Faisal, dengan memperhatikan kondisi ekonomi AS yang sudah naik, dapat dipastikan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Janet Yellen yang akan menaikkan suku bunga The Fed pada akhir tahun ini.
"Jadi sudah pasti Yellen akan naikkan suku bunga kurang lebih 10 hari lagi. Nah, ini bakalan jadi tantangan baru untuk Indonesia terutama BI. Bagaimana dengan suku bunga BI dan kebijakannya," pungkas Faisal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News