"Secara internal kami melakukan berbagai diskusi," kata Kuroda, seperti dikutip dari CNBC, Rabu, 4 April 2018, ketika ditanya mengenai strategi keluar dari kebijakan moneternya yang mudah. Namun, ia dengan cepat mencatat inflasi Jepang masih berjalan di bawah target.
Dia menambahkan setiap pembicaraan terbuka tentang pengurangan atau pengakhiran stimulus akan membingungkan pasar. Mengikuti kata-kata Kuroda, yen Jepang menguat tajam terhadap dolar tetapi hampir segera menyerahkan keuntungannya.
Mulai 2013, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memperkenalkan pendekatan tiga cabang reformasi struktural, stimulus moneter, dan stimulus fiskal dalam upaya untuk menghidupkan kembali pertumbuhan. Panah kedua kebijakan moneter dipimpin oleh program pembelian aset Bank of Japan.
BoJ saat ini memiliki janji longgar untuk membeli obligasi senilai 80 triliun yen (USD720 miliar) per tahun. Utang publik Jepang lebih dari dua kali lipat produk domestik bruto, menyebabkan banyak pengamat meragukan bahwa BoJ akan berada dalam posisi untuk menaikkan suku bunga bahkan jika dua persen inflasi tercapai.
Kuroda mengklaim mandatnya tidak akan terpengaruh oleh preferensi pemerintah. "BOJ tentu saja tidak menyadari politik. Tetapi tujuan dari kebijakan moneter kami adalah untuk mencapai target harga dan pertumbuhan ekonomi yang sehat," pungkas Kuroda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id