Demikian disampaikan Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik David R Stilwell, seperti dikutip dari Antara, Senin, 2 September 2019.
Pernyataan tersebut disampaikan Stilwell saat berada di Pusat Kebudayaan Amerika Serikat, @america, di Jakarta pada Minggu dalam rangka kunjungannya selama tiga hari di Indonesia.
"Untuk perang dagang antara AS dengan Tiongkok, memang ini sesuatu yang telah terjadi sejak lama dan AS hanya menanggapi tren terhadap kurangnya komitmen Tiongkok terhadap perjanjian yang ada," ujar Stilwell.
Dia menjelaskan, Pemerintah Amerika Serikat memandang bahwa Tiongkok telah melanggar beberapa komitmen dagang, termasuk perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Untuk itu, kata Stilwell, Presiden AS Donald Trump mengeluarkan kebijakan yang bersifat mendesak Tiongkok untuk memenuhi komitmennya. "Jadi Presiden Trump berhak menuntut Tiongkok untuk memenuhi komitmen mereka," ujar dia.
Stilwell pun mengakui bahwa perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat itu sebenarnya suatu situasi yang sudah mulai terbangun selama bertahun-tahun.
Dalam perang dagang tersebut, Tiongkok dan AS mulai memberlakukan tarif tambahan terhadap produk impor masing-masing mulai 1 September 2019.
Pemberlakuan itu menyusul peningkatan ketegangan perang dagang yang terjadi antara kedua negara, meskipun pemerintah AS dan Tiongkok sempat menunjukkan tanda-tanda untuk melanjutkan negosiasi pada September ini.
Amerika Serikat akan mulai mengumpulkan tarif 15 persen atas impor Tiongkok yang bernilai lebih dari USD125 miliar, termasuk untuk speaker pintar, headphone bluetooth, dan alas kaki.
Sebagai balasan, Tiongkok akan mulai mengenakan tarif lima persen pada minyak mentah dari AS. Hal itu merupakan pertama kalinya produk minyak AS menjadi sasaran sejak dua negara ekonomi terbesar di dunia memulai perang dagang mereka lebih dari setahun yang lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News