"Ketika kita melihat risiko eskalasi lebih lanjut kian tinggi, risiko terhadap prospek global jelas condong ke downside," kata Kepala Ekonom Morgan Stanley Chetan Ahya, seperti dikutip dari CNBC, Sabtu, 10 Agustus 2019.
Morgan Stanley percaya resesi global akan datang dalam waktu sekitar sembilan bulan jika perang perdagangan semakin meningkat. Hal itu tentunnya dengan langkah AS menaikkan tarif hingga 25 persen pada semua impor dari Tiongkok selama 4-6 bulan. "Kita akan melihat ekonomi global memasuki resesi dalam tiga kuartal," katanya.
Adapun Presiden AS Donald Trump secara tak terduga mengumumkan bahwa mulai 1 September AS akan menambah pungutan 10 persen pada sisa impor Tiongkok sebesar USD300 miliar yang sebelumnya tidak menghadapi bea masuk. "Tarif baru ini meningkatkan risiko penurunan (ekonomi dunia) secara signifikan," kata Ahya.
"Sekitar dua per tiga barang yang dikenakan tarif dalam putaran ini adalah barang-barang konsumen, yang dapat menyebabkan dampak yang lebih nyata di AS dibandingkan dengan tahapan sebelumnya. Ketegangan perdagangan telah mendorong kepercayaan perusahaan dan pertumbuhan global ke posisi terendah multi-tahun," tuturnya.
Yuan Tiongkok telah melemah di bawah level utama, terjadi setelah bank sentral Tiongkok menetapkan titik tengah harga yuan terhadap dolar pada level terlemah sejak Desember. Trump dan beberapa analis mengaitkan pelemahan mata uang tersebut sebagai pembalasan oleh Tiongkok, meskipun bank sentral negara itu membantah tudingan dari Washington.
"Bank sentral global, khususnya the Fed dan ECB, akan memberikan dukungan kebijakan moneter tambahan. Tapi langkah-langkah ini, meski membantu dalam menahan risiko penurunan, tidak akan cukup untuk mendorong pemulihan sampai ketidakpastian kebijakan perdagangan menghilang," tukasnya.
Sementara itu, Analis Grup Eurasia menilai langkah mengejutkan Presiden AS Donald Trump yang memberlakukan tarif baru pada Tiongkok adalah kesalahan serius dalam membaca poin yang diberikan Beijing. Sejauh ini, negosiasi perdagangan antara AS-Tiongkok masih belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan signifikan.
Analis Grup Eurasia Michael Hirson, Paul Triolo, dan Jeffrey Wright menulis eskalasi terbaru mengisyaratkan kembalinya cara Trump bernegosiasi dengan Tiongkok -dengan mencoba membangun lebih banyak pengaruh terhadap Beijing di tengah pembicaraan yang sedang berlangsung- sebelum kedua belah pihak sepakat untuk gencatan senjata pada akhir Juni.
"Ancamannya adalah pertaruhan serius bagi Trump. Ini kemungkinan menandakan bahwa ia akan lebih memilih untuk mencapai kesepakatan dengan syarat-syaratnya sebelum pemilihan Presiden 2020. Dan bersedia menggunakan alat yang dimilikinya untuk membangun tekanan pada Tiongkok untuk tujuan itu," kata mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News