"Kemarin, dia (Presiden Donald Trump) melakukan presentasi di Economic Club (di New York) dan pada dasarnya dia berkata 'Ya, mungkin kita dekat dengan kesepakatan dengan Tiongkok'. Kami bertaruh untuk itu. Tingkat pertumbuhan perdagangan pada dasarnya telah turun dari 5,5 persen pada 2017," kata Angel Gurria, seperti dikutip dari CNBC, Sabtu, 16 November 2019.
"Faktanya, mungkin saat kita bicara, perdagangan akan negatif, itu berkontraksi. Investasi -sebagai konsekuensi karena ketidakpastian- berubah dari pertumbuhan lima persen menjadi sekitar satu persen sekarang dan semakin melambat. Karena itu pertumbuhan telah turun drastis dalam waktu singkat," ucap Gurria.
Pada September, OECD memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global. OECD memprediksi ekonomi global akan melihat pertumbuhannya yang terlemah pada 2019 dengan memperkirakan pertumbuhan sebesar 2,9 persen, sejak krisis keuangan 2008-2009. Sedangkan pada 2020, pertumbuhan ekonomi global diramal mencapai tiga persen.
"Perkiraan turun dari prospek Mei ketika memprediksikan ekonomi global akan tumbuh 3,2 persen tahun ini dan 3,4 persen pada 2020. Jika kita terus mengambil keputusan sejalan dengan masih banyaknya proteksionisme atau lebih banyak masalah dengan perdagangan dan lain-lain, jika ada lebih banyak ketegangan, maka konsekuensinya bisa lebih buruk," tegas Gurria.
Apabila AS-Tiongkok dapat menyetujui fase pertama dari kesepakatan perdagangan, itu dapat membuat kedua belah pihak menghapus beberapa tarif yang ada senilai miliaran dolar dari impor masing-masing. Jika pembicaraan tidak dapat menghasilkan kesepakatan, baik Tiongkok maupun AS akan menetapkan tarif yang lebih tinggi pada 15 Desember.
Sebelumnya, negosiasi perdagangan berisiko tinggi antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali mengalami masalah ketika kedua negara berusaha untuk menyelesaikan perjanjian perdagangan terbatas. Tidak dipungkiri, kondisi tersebut bakal menghilangkan angin segar di pasar keuangan dan pasar saham yang kini perlahan mulai membaik.
"AS berusaha untuk mengamankan konsesi yang lebih kuat dari Tiongkok untuk mengatur perlindungan kekayaan intelektual dan guna menghentikan praktik transfer teknologi paksa sebagai imbalan untuk menarik kembali beberapa tarif," mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Kedua belah pihak mengalami kebuntuan meski mereka mengatakan pada prinsipnya memiliki kesepakatan perjanjian kurang dari sebulan yang lalu. The Wall Street Journal pertama kali melaporkan hambatan dalam pembicaraan perdagangan dengan Tiongkok ragu untuk berkomitmen atas sejumlah produk pertanian tertentu dalam teks kesepakatan potensial.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News