Ilustrasi. Foto : AFP.
Ilustrasi. Foto : AFP.

Perang Dagang Mereda

Ekonomi Global Masih Menghawatirkan

Arif Wicaksono • 15 Desember 2019 12:50
Washington: Di tengah meredanya perang dagang dengan perjanjian AS dan Tiongkok untuk menghapus beberapa tarif barang dalam tahap pertama perekonomian global masih mengkhawatirkan. Ekonomi global masih menghadapi berbagai rintangan baik dari benua eropa dan Amerika Serikat.
 
Kepala Investasi Bryn Mawr Trust, Jeff Mills mengatakan bahwa banyak tanda bahwa perekonomian belum agresif. Namun dia yakin bahwa ekonomi global masih jauh dari resesi.
 
"Anda berada dalam lingkungan di mana bank sentral global tetap mudah, ada likuiditas yang luar biasa, Anda memiliki sentimen yang lemah, posisinya tidak agresif dan ekonomi tidak mungkin mengalami resesi," ujar dia dikutip dari CNBC international, Minggu, 15 Desember 2019.

Managing director dari riset pasar global FTSE Russel, Alec Young, menjelaskan bahwa beberapa tarif masih dalam posisinya alias tak berubah. Dia menjelaskan tak ada perubahan tarif secara drastis.
 
"Sebagian besar tarif masih berlaku, dan tidak ada bukti bahwa tarif yang ada akan segera dihapus." kata Young.
 
Dia menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi masih rendah meskipun angkanya diatas ekspetasi pasar. Hal ini menimbulkan keyakinan bahwa ekonomi global akan membaik dalam waktu dekat.
 
"Orang-orang mencari lebih banyak berita baik -indikator ekonomi terkemuka mengalahkan bar rendah, tetapi kita perlu lebih banyak percepatan," jelas Young.
 
Kekhawatiran utama tentang pertumbuhan global juga digaungkan oleh CEO Morgan Stanley James Gorman yang mengatakan pertumbuhan Tiongkok adalah masalah utama bagi ekonomi global pada 2020. Pertumbuhan ekonomi negeri Tirai Bambu itu diperkirakan akan di bawah tujuh persen pada tahun ini.
 
"Tiongkok perlu terus tumbuh dan dalam jumlah agregat, saya pikir itu menyumbang sekitar 40 persen dari pertumbuhan global," katanya dalam sebuah wawancara dengan Wilfred Frost dari CNBC.
 
Direktur Pelaksana Moody Elena Duggar mengatakan bahwa kesepakatan dagang antara Tiongkok dan AS bersifat jangka pendek. Dia menjelaskan ada hal-hal mendasar yang masih harus diperbaiki kedua negara.
 
"Kesepakatan parsial apa pun dalam jangka pendek tidak akan menyelesaikan perbedaan mendasar dalam kepentingan ekonomi, politik dan strategis kedua negara," kata dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan