Illustrasi. Dok;AFP.
Illustrasi. Dok;AFP.

10 Pijakan Menyusun Kebijakan Ekonomi Dunia

Suci Sedya Utami • 14 Oktober 2018 13:16
Nusa Dua: Perkumpulan menteri dan pejabat di sektor keuangan dunia (Development Committee/DC)  merumuskan beberapa poin yang akan dijadikan pijakan dalam menyusun kebijakan ekonomi ke depan. Hal tersebut dirumuskan dalam pertemuan DC dari 189 negara yang dipimpin Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati di sela-sela agenda tahunan IMF-Bank Dunia 2018.
 
Poin pertama menyebutkan kondisi ekonomi global masih kuat namun tidak merata untuk negara-negara berkembang. Ada risiko yang menekan perekonomian global seperti ketidakpastian kebijakan ekonomi, perkembangan geopolitik yang dinamis serta tren pengetatan keuangan global  termasuk meningkatkan risiko utang oleh negara-negara berkembang.
 
DC mendesak seluruh negara anggota bersama IMF dan Bank Dunia untuk mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan mengurangi risiko. Negara-negara anggota juga diminta mendorong daya saing sejalan dengan penguatan fiskal.

Kedua, risiko utang oleh emerging market dan negara-negara dengan pendapatan rendah yang terus memburuk seiring dengan perekonomian global yang tidak pasti. DC mengingatkan negara-negara anggota untuk menjaga kebijakan yang kuat, fiskal yang mantap, plus bantalan untuk risiko eksternal.
 
"Kami minta Bank Dunia dan IMF, berdasarkan mandat yang dimiliki, untuk membantu anggota menguatkan posisi fiskal. Melalui manajemen utang, peningkatan sumber daya domestik, dan pendalaman pasar modal," seperti dikutip dalam laporan resmi Development Committee, Minggu, 14 Okrober 2018.
 
Ketiga, DC mengatakan pertemuan kali ini fokus pada pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) atau mulai disebut sebagai Modal Manusia. Penguatan SDM akan berimplikasi pada pengembangan teknologi, perluasan lapangan kerja, dan berujung pada pengembangan ekonomi secara umum.
 
Teknologi membuat sejumlah lapangan kerja yang belum muncul dekade lalu, kini mulai bermunculan. DC mengingatkan negara anggota untuk menyelaraskan perkembangan teknologi dengan kebutuhannya di pasar keuangan.
 
Kempat, perubahan perilaku bekerja yang berkaitan dengan penyiapan SDM. DC meminta IMF dan Bank Dunia untuk secara aktif membantu negara anggota untuk ikut mengembangkan SDM, termasuk melalui bantuan pembiayaan.
 
Kelima  pembahasan tentang Indeks Modal Manusia (Human Capital Index). World Bank untuk pertama kalinya merilis Indeks Modal Manusia tahun  yang mana Singapura menempati posisi teratas dari 157 negara dengan skor 0,88, disusul Korea Selatan (0,84), Jepang (0,84), Hong Kong (0,82), dan Finlandia (0,81).
 
Indonesia menempati rangking ke-87 dengan skor 0,53. Ini berarti produktivitas satu anak yang lahir di negara ini bisa mencapai 53 persen jika dibekali pendidikan dan kesehatan yang baik. DC berharap rilis tentang Indeks Modal Manusia mampu mendorong negara anggota untuk memperbaiki upayanya dalam menumbuhkan kualitas SDM.
 
Keenam, DC menyinggung perkembangan teknologi dan fungsinya untuk memerangi kemiskinan serta pemerataan kemakmuran. Namun secara bersamaan teknologi pula yang menyumbang adanya ketimpangan pembangunan antarnegara.
 
Oleh karena itu DC mendorong IMF da Bank Dunia untuk membantu negara anggota dalam mengembangkan ekonomi berbasis digital.
 
Ketujuh, perkembangan industri keuangan berbasis teknologi, alias fintech yang marak di Indonesia, dan tentunya dunia, dalam beberapa tahun belakangan. Fintech dipandang memiliki kemampuan untuk mewujudkan keuangan inklusif yakni dengan menyentuh masyarakat di pelosok yang belum tersentuh jasa perbankan. Namu di saat yang bersamaan fintech juga menyumbang risiko atas stabilitas ekonomi dan memunculkan proteksi dari investor.
 
Kedelapan, keterlibatan sektor swasta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Dc mendorong IMF dan Bank Dunia untuk lebih banyak mendorong swasta untuk ikut membangun negara anggota.
 
Kesembilan, DC mendorong IMF dan Bank Dunia untuk bekerja lebih keras dalam mewujudkan sasaran pembangunan berkelanjutan (SDG's). DC juga menyinggung perkara dukungan terhadap pengungsi, pembukaan ruang bagi swasta, dan penerbitan obligasi oleh negara yang tergabung dalam asosiasi pembangunan internasional (IDA).
 
Kesepuluh, kerentanan masyarakat dunia yang terdampak penyakit, bencana alam, dan perubahan iklim. DC menyoroti sulitnya para masyarakat yang mengalami kesengsaraan akibat situasi khusus untuk mengakses kebutuhan dasar seperti makanan, energi, dan air.
 
DC mendorong IMF dan untuk lebih banyak melibatkan swasta dan pemerintah dalam menyusun inovasi pembiayaan baru untuk mengatasi masalah tersebut.
 
Selain menyusun poin-poin di atas, Development Committee juga menyampaikan terimakasih kepada Sri Mulyani yang telah merampungkan tanggung jawabnya sebagai Ketua Komite dalam dua tahun belakangan. Posisi Sri Mulyani dalam jabatan sebagai ketua Development Committee digantikan oleh Menteri Keuangan Ghana Ken Ofori-Atta. Pertemuan Development Committee selanjutanya dijadwalkan pada 13 April 2019 di Washington, DC, Amerika Serikat.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan