Ilustrasi (AFP/DEUTCHE BUNDESBANK)
Ilustrasi (AFP/DEUTCHE BUNDESBANK)

Gerak Harga Emas Dunia Meredup

Antara • 10 Agustus 2019 08:03
Chicago: Emas berjangka di divisi Comex New York Mercantile Exchange melemah pada Jumat waktu setempat (Sabtu WIB). Emas mengakhiri minggu dengan kenaikan cukup tajam di tengah naiknya permintaan safe haven akibat ketegangan perdagangan AS-Tiongkok dan penurunan suku bunga oleh beberapa bank sentral di dunia.
 
Mengutip Xinhua, Sabtu, 10 Agustus 2019, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember turun USD1,0 atau 0,07 persen menjadi USD1,508,50 per ons. Emas Desember naik USD51 atau 3,5 persen dalam sepekan setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif tambahan 10 persen pada sisa impor Tiongkok senilai USD300 miliar.
 
Dalam perkembangan yang tidak terduga, bank-bank sentral di Selandia Baru, India, dan Thailand semuanya mengumumkan pemotongan suku bunga acuan di minggu ini, memperburuk kekhawatiran atas prospek ekonomi. Tentu potensi pelemahan tersebut harus segera diantisipasi secepat mungkin oleh semua pihak terkait.

Adapun logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September turun sebanyak 0,03 persen menjadi USD16,931 per ons. Sedangkan platinum untuk pengiriman Oktober turun sebanyak USD3,70 atau 0,43 persen menjadi USD863,80 per ons.
 
Sementara itu, indeks Dow Jones Industrial Average turun sebanyak 90,75 poin atau 0,34 persen menjadi 26.287,44. Sedangkan S&P 500 turun sebanyak 19,44 poin atau 0,66 persen menjadi 2.918,65. Indeks Komposit Nasdaq turun 80,02 poin atau satu persen, menjadi 7.959,14.
 
Sebanyak delapan dari 11 sektor S&P 500 utama terpantau menurun. Sektor teknologi dan energi masing-masing turun 1,25 persen, dua penghambat teratas. Sementara sektor kesehatan dan real estat masing-masing naik 0,18 persen dan 0,07 persen. Solusi Skyworks dan Teknologi Mikron masing-masing ditutup melemah 3,43 persen dan 2,6 persen.
 
Investor tetap khawatir bahwa ketegangan perdagangan AS-Tiongkok dapat meningkat dan memengaruhi ekonomi global yang sudah melambat sepanjang minggu setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa ia akan menempatkan tarif tambahan 10 persen pada sisa impor Tiongkok senilai USD300 miliar mulai dari 1 September.
 
Analis mengatakan ekonomi AS akan lebih langsung terkena dampak karena tarif baru menargetkan barang-barang ritel bersama dengan barang-barang konsumen lainnya. Tarif juga akan menyeret kepercayaan perusahaan, pengeluaran modal, dan pertumbuhan global dalam waktu dekat.
 
Di sisi pendapatan, Uber melaporkan hasil pendapatan kuartalan yang meleset dari ekspektasi pasar. Perusahaan tersebut tercatat mengalami rugi bersih terdilusi USD4,72 per saham atas pendapatan USD3,17 miliar. Sahamnya turun 6,8 persen pada Jumat waktu setempat.
 
Di sisi lain, Analis Grup Eurasia menilai langkah mengejutkan Presiden AS Donald Trump yang memberlakukan tarif baru pada Tiongkok adalah kesalahan serius dalam membaca poin yang diberikan Beijing. Sejauh ini, negosiasi perdagangan antara AS-Tiongkok masih belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan signifikan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan