Ilustrasi (JUSTIN TALLIS/AFP)
Ilustrasi (JUSTIN TALLIS/AFP)

Pembahasan Brexit Dinilai Lebih Sulit di 2018

Angga Bratadharma • 25 Desember 2017 16:08
London: Kekalahan berat bagi politisi sayap kanan Marine Le Pen dalam pemilihan Presiden Prancis pada Mei disebut-sebut sebagai bukti bahwa populisme di Eropa semakin berkurang. Tapi Wakil Ketua Blackstone John Studzinski percaya bahwa saat itu hanya jeda dan suara dari pinggiran lagi akan terdengar nyaring dan jelas di tahun depan.
 
"Pada 2018, saya percaya penggerak pergerakan populis, mengingat 2017 merupakan tahun yang cukup tenang mengenai populisme, akan jauh lebih baik dari pada belasan kanan dan kiri. Itu akan membuat seluruh perdebatan Brexit dan Uni Eropa jauh lebih rumit," kata John Studzinski, seperti dikutip dari CNBC, Senin, 25 Desember 2017.
 
Studzinksi mengatakan keluarnya Inggris dari Eropa masih pada tahap awal dan dia memperkirakan akan melakukan redefinisi tentang makna Brexit saat negosiasi berkembang. Tidak ditampik, keputusan Inggris terkait Brexit memberikan efek termasuk dari sisi perdagangan dan laju perekonomian.

"Tidak ada pertanyaan bahwa Eropa melihat masa depan dan stabilitasnya sendiri dan semacam hubungan troika antara Jerman, Prancis dan Inggris. Orang-orang seperti Merkel dan Macron ingin mempertahankan Theresa May dan Inggris di UE," tuturnya.
 

 
Namun mantan Wakil Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Lord Malloch Brown mengatakan bahwa divisi di Inggris berarti pialang kekuasaan Eropa tidak akan terburu-buru mengembalikan negara tersebut ke dalam lipatannya.
 
"Ini (Inggris) tidak bisa mendapatkan Brexit karena ia memiliki pemerintahan yang lemah dan parlemen yang berkonflik. Apakah syarat-syarat di mana Anda ingin menghidupkan kembali perang sipil Inggris ke dalam perdebatan tentang Eropa?" ujarnya.
 
Malloch Brown setuju dengan pandangan Studzinksi bahwa Brexit keras terlihat jauh lebih kecil kemungkinannya bagi Inggris. Dia menambahkan hasilnya bisa menjadi bencana bagi mereka yang percaya pada partai Konservatif yang berkuasa di Brexit dan May.
 
"Saya sekarang dapat melihat kemungkinan pemilihan parlemen melawan Brexit May dan itu dapat menyebabkan pemilihan umum baru dan beralih ke pemerintahan Corbyn, atau referendum lain," pungkasnya.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan