Ilustrasi (FOTO: AFP)
Ilustrasi (FOTO: AFP)

Belanja Rumah Tangga Dorong Pertumbuhan Ekonomi Inggris

Angga Bratadharma • 24 November 2017 08:03
London: Perekonomian Inggris terus tumbuh moderat pada kuartal ketiga di 2017, didorong oleh belanja konsumen yang kuat meskipun ada tekanan inflasi terhadap anggaran rumah tangga. Meski demikian, Pemerintah Inggris terus berupaya agar laju perekonomian bisa maksimal walau masih ada sejumlah persoalan.
 
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah 0,4 persen pada kuartal ketiga, menurut angka PDB revisi kedua yang dirilis pada Kamis oleh badan statistik resmi, Kantor Statistik Nasional (ONS). Kenaikan triwulanan 0,4 persen dalam triwulanan tidak berubah dari perkiraan awal, dan sejalan dengan harapan konsensus.
 
Mengutip Xinhua, Jumat, 24 November 2017, ini merupakan perbaikan pada pertumbuhan 0,3 persen yang terlihat pada masing-masing dua kuartal pertama tahun ini, namun sekitar 1,7 persen disetahunkan, hal itu tetap berada di balik tren pertumbuhan jangka panjang 2-2,5 persen untuk ekonomi maju dan maju di Inggris.

"Salah satu pendorong utama dalam kekuatan pengeluaran rumah tangga adalah rebound di kuartal ketiga yang menghambat kelemahan yang kita lihat dalam pengeluaran untuk mobil di kuartal kedua," kata Ekonom Inggris di Capital Economics Paul Hollingsworth, sebuah firma analisis data keuangan di London.
 

 
Angka yang dirilis menunjuk pada prospek ekonomi yang lebih optimis untuk paruh pertama 2017. Hollingsworth mengatakan inflasi harga konsumen tahunan (CPI) telah meningkat tajam sejak referendum Brexit pada Juni 2016 dari 0,5 persen menjadi tiga persen sekarang ini, melampaui pertumbuhan upah yang saat ini sekitar 2,1 persen per tahun.
 
"Sangat menggembirakan bahwa pengeluaran rumah tangga masih kuat, mengingat tekanan yang kita lihat di akun rumah tangga saat ini sebagai akibat inflasi yang lebih tinggi," kata Hollingsworth.
 
Namun, dampak kenaikan inflasi yang tajam, yang telah menaikkan biaya impor dan bahan baku, kini telah banyak melewati ekonomi, yang berarti merembes inflasi pada pendapatan dan dengan demikian pada pengeluaran akan mulai berkurang.
 
"Ketidakpastian akibat proses Brexit adalah angin puyuh ekonomi potensial untuk tahun depan yang bisa mengakibatkan jatuhnya sterling lebih tajam," kata Hollingsworth.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan