Kawasan euro melihat inflasi mencapai 7,5 persen pada Maret, menurut data awal yang dirilis. Inflasi utama telah memecahkan rekor baru baru-baru ini, mencapai 5,9 persen pada Februari. Apalagi para ahli memperkirakan inflasi akan naik lebih tinggi ke depan.
"Dalam hal urutan kami, keputusan pertama adalah jika prospek inflasi jangka menengah dipertahankan, kami akan melihat mengakhiri pembelian (aset) bersih pada kuartal ketiga," kata Lane, mengenai lintasan kebijakan saat ini dan penghapusan stimulus era pandemi, dilansir dari CNBC International, Selasa, 5 April 2022.
"Namun, jika prospek memburuk sedemikian rupa sehingga prospek inflasi melemah maka kita harus berpikir lagi," tambahnya.
ECB telah mengumumkan bulan lalu bahwa mereka akan mengakhiri program pelonggaran kuantitatif pada kuartal ketiga karena tekanan inflasi yang lebih tinggi. Namun, bank sentral dipandang berada di persimpangan jalan karena invasi Rusia yang tidak beralasan ke Ukraina telah membawa tantangan ekonomi baru, terutama mendorong harga energi dan pangan.
Dengan demikian, salah satu dilema yang dihadapi ECB adalah bagaimana mengatasi tingkat inflasi yang masif sambil juga memperhitungkan momentum ekonomi yang lebih lambat. "Kami memiliki kekuatan yang berlawanan. Kami memiliki kejutan energi pada prospek efek putaran kedua untuk mendorong inflasi," kata Lane.
"Di sisi lain melemahnya sentimen, pada kenyataan bahwa pendapatan riil akan menderita dengan harga energi yang tinggi terutama dalam jangka waktu satu atau dua tahun, kita akan memiliki tekanan negatif pada prospek inflasi," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News