Melansir Antara, Selasa, 1 November 2022, patokan global minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember kehilangan 94 sen atau 0,98 persen menjadi USD94,83 per barel di London ICE Futures Exchange.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember turun USD1,37 atau hampir 1,6 persen menjadi USD86,53 per barel di New York Mercantile Exchange.
Meskipun turun, harga minyak terap mencetak kenaikan pada bulan ini. Penguatan harga minyak didorong oleh keputusan pengurangan produksi utama yang diumumkan oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+.
Baca juga: OPEC Diprediksi Optimistis Terhadap Permintaan Minyak Jangka Panjang |
Kedua harga acuan minyak mencatat kenaikan bulanan pertama mereka sejak Mei. Pada Oktober, menurut Dow Jones Market Data, WTI menguat 8,9 persen. Sementara Brent terangkat 7,8 persen.
Produksi minyak di Amerika Serikat naik menjadi hampir 12 juta barel per hari pada Agustus, tertinggi sejak awal pandemi covid-19, data bulanan pemerintah menunjukkan.
Presiden AS Joe Biden akan meminta perusahaan minyak dan gas untuk menginvestasikan sebagian dari rekor keuntungan mereka dalam menurunkan biaya bagi keluarga Amerika, kata seorang pejabat Gedung Putih.
Biden juga akan meminta kongres untuk mempertimbangkan mewajibkan perusahaan-perusahaan minyak membayar denda pajak dan menghadapi pembatasan lain, kata pejabat itu.
Presiden sebelumnya telah mendorong perusahaan-perusahaan minyak untuk meningkatkan produksi daripada menggunakan keuntungan untuk pembelian kembali saham dan dividen.
Pemerintah juga mengandalkan pelepasan pasokan dari Cadangan Minyak Strategis (SPR) untuk meredakan krisis pasokan. Sekitar 1,9 juta barel dilepaskan dari SPR pekan lalu sebagai bagian dari rencana pemerintah melepas 180 juta barel.
Baca juga: Rebound, Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok Tembus 3,9% di Kuartal III |
Sementara itu, aktivitas pabrik di Tiongkok, importir minyak mentah terbesar dunia, turun tak terduga pada Oktober. Menurut survei resmi penurunan itu terjadi lantaran terbebani oleh melemahnya permintaan global dan pembatasan ketat covid-19 yang memukul produksi.
"Data indeks manajer pembelian (PMI) menambah kesedihan pasca pesta kongres Tiongkok untuk pasar minyak. Tidak sulit untuk menarik garis lurus dari PMI yang lebih lemah ke kebijakan nol covid Tiongkok," kata Managing Partner di SPI Asset Management, Stephen Innes.
"Selama covid nol tetap mengakar, itu akan terus menggagalkan kenaikan minyak."
Kota-kota di Tiongkok meningkatkan pembatasan nol covid ketika wabah meluas, mengurangi harapan rebound permintaan.
Pembatasan ketat covid-19 di Tiongkok telah memukul aktivitas ekonomi dan bisnis, membatasi permintaan minyak. Impor minyak mentah Tiongkok untuk tiga kuartal pertama tahun ini turun 4,3 persen tahun ke tahun untuk penurunan tahunan pertama dalam periode setidaknya sejak 2014.
OPEC pada Senin, 31 Oktober 2022 menaikkan perkiraan untuk permintaan minyak jangka menengah dan panjang serta mengatakan investasi USD12,1 triliun untuk memenuhi permintaan ini meskipun ada transisi energi.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id