"Bagi saya, itu mengkhawatirkan ketika tabungan kecil, pensiun, asuransi jiwa, dan kontrak pinjaman bangunan kehilangan nilai. Saya yakin European Central Bank (ECB) secara khusus akan memenuhi tugas inti stabilitas moneternya," kata Laschet, dilansir dari Channel News Asia, Senin, 20 September 2021.
"Tapi ini juga berarti bahwa ketika suku bunga naik lagi, beban utang menjadi masalah yang lebih besar bagi negara," tambahnya.
Pernyataan Laschet itu keluar menjelang pemilihan umum pada 26 September yang bertentangan dengan komentar yang dibuat oleh ahli kuncinya untuk kebijakan fiskal dan ekonomi, Friedrich Merz, yang minggu ini mengecam kebijakan moneter longgar ECB.
ECB bulan ini mengatakan akan memangkas pembelian obligasi darurat selama kuartal mendatang, menandai langkah kecil pertama menuju pelonggaran bantuan darurat yang menopang ekonomi zona euro selama pandemi virus korona.
Tahun ini, ECB memperkirakan inflasi 2,2 persen, di atas target dua persen, sebelum turun menjadi 1,7 persen pada 2022 dan 1,5 persen pada 2023. Jajak pendapat pemilu Jerman terbaru, yang disediakan oleh Ipsos, menempatkan blok konservatif CDU/CSU pada 21 persen dan Sosial Demokrat (SPD) pada 27 persen.
Sebelumnya, ECB memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneternya. Meski tidak diubah, namun bank sentral Eropa memilih untuk memperlambat laju pembelian aset bersih di bawah program pembelian darurat pandemi covid-19.
Dewan Pengatur ECB memilih untuk mempertahankan suku bunga pada operasi refinancing utama ECB di angka nol persen, pada fasilitas pinjaman marjinal di 0,25 persen, dan pada fasilitas simpanan di minus 0,5 persen.
"Berdasarkan penilaian bersama terhadap kondisi pembiayaan dan prospek inflasi, Dewan Pengatur menilai bahwa kondisi pembiayaan yang menguntungkan dapat dipertahankan dengan laju pembelian aset bersih yang lebih rendah di bawah (PEPP) daripada di dua kuartal sebelumnya," pungkas ECB dalam sebuah pernyataan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News