New York: Harga minyak mentah dunia ikut terseret arus kekhawatiran kenaikan suku bunga Federal Reserve pada penutupan perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB).
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus turun USD1,10 atau 0,9 persen, menjadi USD121,17 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD2,0 atau 0,7 persen, menjadi USD118,93 per barel.
"Ketakutan akan kenaikan suku bunga yang lebih besar ini menurunkan ekuitas dan minyak," kata mitra di Again Capital LLC John Kilduff, Rabu, 15 Juni 2022.
Harga minyak tertekan oleh laporan ketua Komite Keuangan Senat AS Ron Wyden yang berencana memperkenalkan undang-undang pajak tambahan 21 persen atas keuntungan perusahaan minyak dan gas dengan pendapatan tahunan lebih dari USD1 miliar.
Ketatnya pasokan diperparah oleh penurunan ekspor dari Libya di tengah krisis politik yang menghantam produksi dan pelabuhan. Produsen OPEC+ lainnya tengah berupaya memenuhi kuota produksi dan Rusia menghadapi larangan minyaknya karena perang di Ukraina.
Departemen Energi AS juga mengumumkan pemberitahuan penjualan keempat 45 juta barel minyak mentah dari cadangan minyak strategisnya (Strategic Petroleum Reserve).
"Persediaan minyak yang rendah, kapasitas cadangan yang berkurang, dan risiko pertumbuhan pasokan yang memperlambat pertumbuhan permintaan selama beberapa bulan mendatang telah mendorong kami untuk menaikkan perkiraan harga minyak kami," kata bank UBS.
Di sisi permintaan, wabah covid-19 terbaru di Beijing, Tiongkok menimbulkan kekhawatiran akan lockdown terbaru. Dalam laporan bulanannya, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mempertahankan perkiraannya bahwa permintaan minyak dunia akan melebihi tingkat pra-pandemi pada 2022, tetapi invasi Rusia ke Ukraina dan perkembangan pandemi menimbulkan risiko yang cukup besar.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus turun USD1,10 atau 0,9 persen, menjadi USD121,17 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD2,0 atau 0,7 persen, menjadi USD118,93 per barel.
"Ketakutan akan kenaikan suku bunga yang lebih besar ini menurunkan ekuitas dan minyak," kata mitra di Again Capital LLC John Kilduff, Rabu, 15 Juni 2022.
Harga minyak tertekan oleh laporan ketua Komite Keuangan Senat AS Ron Wyden yang berencana memperkenalkan undang-undang pajak tambahan 21 persen atas keuntungan perusahaan minyak dan gas dengan pendapatan tahunan lebih dari USD1 miliar.
Ketatnya pasokan diperparah oleh penurunan ekspor dari Libya di tengah krisis politik yang menghantam produksi dan pelabuhan. Produsen OPEC+ lainnya tengah berupaya memenuhi kuota produksi dan Rusia menghadapi larangan minyaknya karena perang di Ukraina.
Departemen Energi AS juga mengumumkan pemberitahuan penjualan keempat 45 juta barel minyak mentah dari cadangan minyak strategisnya (Strategic Petroleum Reserve).
"Persediaan minyak yang rendah, kapasitas cadangan yang berkurang, dan risiko pertumbuhan pasokan yang memperlambat pertumbuhan permintaan selama beberapa bulan mendatang telah mendorong kami untuk menaikkan perkiraan harga minyak kami," kata bank UBS.
Di sisi permintaan, wabah covid-19 terbaru di Beijing, Tiongkok menimbulkan kekhawatiran akan lockdown terbaru. Dalam laporan bulanannya, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mempertahankan perkiraannya bahwa permintaan minyak dunia akan melebihi tingkat pra-pandemi pada 2022, tetapi invasi Rusia ke Ukraina dan perkembangan pandemi menimbulkan risiko yang cukup besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News