Kilang Minyak. Foto : AFP.
Kilang Minyak. Foto : AFP.

Hadapi Aksi Ambil Untung, Harga Minyak Sedikit Melemah

Antara • 21 Januari 2022 07:57
New York: Harga minyak mentah sedikit lebih rendah pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB). Hal ini karena aksi ambil untung setelah beberapa hari menguat yang mendorong kontrak acuan ke level tertinggi tujuh tahun di tengah kekhawatiran tentang pasokan yang ketat.
 
Dikutip dari Antara, Jumat, 21 Januari 2022, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret tergerus enam sen menjadi USD88,38 per barel. Patokan global Brent melonjak menjadi USD89,17 per barel sehari sebelumnya, level tertinggi sejak Oktober 2014 dan telah menguat 13 persen sejauh tahun ini.
 
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari juga turun enam sen menjadi USD86,90 per barel pada hari terakhir masa berlaku kontrak. Kontrak WTI Maret yang lebih aktif menetap di USD85,55 per barel atau turun 25 sen. WTI telah terangkat 15 persen sepanjang tahun ini.

Menurut Departemen Energi AS persediaan minyak mentah naik 515 ribu barel pekan lalu, dan persediaan bensin naik 5,9 juta barel, meningkatkan persediaan tersebut ke level tertinggi dalam setahun.
 
Perdagangan telah didominasi oleh kekhawatiran pasokan, dari masalah jangka pendek seperti penghentian sementara aliran pipa Irak-ke-Turki hingga kekurangan yang konsisten dari anggota OPEC+ dalam mencapai peningkatan pasokan yang ditargetkan.
 
Sementara itu, permintaan tetap stabil, dengan pasokan produk AS, proksi untuk permintaan konsumen terbesar dunia, mencapai 21,2 juta barel per hari selama empat minggu terakhir, di depan kecepatan prapandemi.
 
Kekhawatiran pasokan telah meningkat minggu ini setelah kebakaran untuk sementara menghentikan aliran melalui pipa minyak yang mengalir dari Kirkuk Irak ke pelabuhan Ceyhan di Turki pada Selasa, 18 Januari 2022.
 
Kelompok produsen OPEC+ yang terdiri dari OPEC dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia telah memproduksi kurang dari targetnya, dengan Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan bahwa kelompok tersebut memproduksi sekitar 800 ribu barel per hari (bph) di bawah target Desember.
 
IEA mengatakan bahwa pasar minyak bisa mengalami surplus yang signifikan pada kuartal pertama tahun ini. Persediaan minyak kemungkinan akan jauh di bawah tingkat prapandemi.
Serangan oleh Houthi Yaman di Uni Emirat Arab, produsen terbesar ketiga di Organisasi Negara Negara Pengekspor Minyak (OPEC), juga telah meningkatkan risiko di antara pemasok besar.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan