Angka yang dirilis oleh badan statistik negara Turki itu, Senin, 4 Juli 2022, merupakan yang tertinggi sejak Januari 1998. Inflasi telah mencapai 73,5 persen pada Mei dan 15 persen pada awal tahun lalu.
Menteri Ekonomi Nureddin Nebati pada Jumat berjanji harga konsumen akan mulai turun pada Desember. Data menunjukkan, inflasi utama didorong oleh lonjakan 123,4 persen dalam biaya transportasi dan peningkatan 94 persen pada minuman nonalkohol. Harga barang-barang rumah tangga melonjak 81,1 persen, menurut perhitungan badan statistik.
Baca juga: Inflasi Turki Meroket Jadi 73% di Mei, Tertinggi dalam 23 Tahun |
Krisis ekonomi Turki dimulai ketika Erdogan memaksa bank sentral untuk melakukan serangkaian penurunan suku bunga tahun lalu. Tingkat kebijakan suku bunga turun meskipun harga konsumen naik. Namun pemimpin Turki itu menolak ekonomi konvensional dan menegaskan suku bunga tinggi menyebabkan harga naik.
Turki secara substansial menaikkan upah minimum untuk kedua kali dalam setahun untuk meredam pukulan pada rumah tangga. Kenaikan gaji bersih bulanan yang dibawa pulang menjadi 5.500 lira (USD330). Ini berarti upah minimum nominal hampir dua kali lipat sejak akhir tahun lalu. Upah itu dipatok pada 2.826 lira pada akhir Desember dan 4.253 lira pada Januari.
Para ekonom memperingatkan secara substansial menaikkan gaji sebagian besar penduduk merupakan ukuran inflasi yang harus disertai dengan kenaikan suku bunga atau cara lain untuk membatasi pengeluaran. Data resmi menunjukkan lebih dari 40 persen orang Turki mendapatkan upah minimum pada awal tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News