Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dodi Budi Waluyo. Foto: Medcom.id.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dodi Budi Waluyo. Foto: Medcom.id.

2 Penghambat Kawasan ASEAN Semakin Sejahtera

Arif Wicaksono • 27 Maret 2023 20:34
Bali: Tak mudah mewujudkan kawasan ASEAN menjadi kawasan yang interconnected, inklusif dan mendorong kesejahteraan bagi negara anggota secara merata. Semangat yang dibangun dari 2015 itu mengalami kendala karena gejolak geopolitik global, seperti perang Rusia-Ukraina, serta dampak suku bunga tinggi dalam jangka pendek.
 
baca juga: Kominfo Perkirakan 300 Media Hadir di KTT ASEAN

"Keketuaan Indonesia memastikan pada 2026 (visi) akan tercapai. Namun semenjak dicetuskan pada 2015 belum terbayang ada risiko geopolitik  sehingga harus lakukan adaptasi terhadap inflasi dan dampak suku bunga tinggi dalam jangka pendek," jelas Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dodi Budi Waluyo, dalam media briefing ASEAN Summit, Senin, 27 Maret 2023.
 
Dia mengatakan negara berkembang sedang berusaha mengatasi dampak spill over dari perekonomian negara maju dengan melakukan normalisasi nilai tukar mata uang dengan bauran kebijakan yang tak mengandalkan suku bunga. Negara berkembang mewaspadai gejolak suku bunga tinggi yang mengakibatkan perbankan goyah.

Terapkan mix policy

Perubahan ini menuntut adanya penerapan kebijakan menjadi mix policy bukan lagi single atau dual policy. Bahkan setiap assesment yang dilakukan oleh International Monetary Fund (IMF) juga melibatkan koordinasi kebijakan fiskal dan moneter menyesuaikan dengan situasi yang terjadi di negara tersebut.
 
Selain itu untuk meredam ketidakpastian ASEAN Summit juga akan memaksimalkan transaksi mata uang lokal untuk barang dana jasa serta pasar keuangan. Transaksi QR yang dilakukan melalui antar negara ini juga meminimalisir ketergantungan suatu negara terhadap dominasi mata uang dolar AS.

Digitalisasi tren perubahan

Dia juga mengatakan perubahan dalam ekonomi global terjadi ketika ekonomi menjadi semakin digital. Misalnya, operasional perbankan di kawasan Asia Tenggara sudah tak membutuhkan modal yang besar karena cukup dengan aplikasi perbankan yang bisa digunakan lintas negara.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Pada 2015 belum terpikir bisa membuat ekonomi semakin efisien. Dulu pembangunan (investasi) bank harus secara fisik namun kita sekarang cukup membuka digital banking tanpa harus kehadiran bank. Kita harus memanfaatkan digitalisasi dan ekonomi berkelanjutan setelah melihat ekonomi semakin dinamis," jelas dia.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
 
(SAW)



LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif