Mengutip The Business Times, Selasa, 18 Januari 2022, diterbitkan bersama oleh DBS dan Singapore Management University (SMU), survei ini mensurvei 500 individu yang dipilih secara acak mewakili berbagai rumah tangga di Singapura.
Inflasi utama yang diharapkan naik tipis 0,1 persen menjadi 3,2 persen pada Desember 2021, dibandingkan dengan 3,1 persen dalam jajak pendapat September 2021. Ini setara dengan ekspektasi rata-rata 10 tahun kuartal keempat sebesar 3,2 persen dan melanjutkan tren kenaikan yang tercatat sejak September 2020.
"Pertumbuhan ekspektasi yang lebih lambat disebabkan oleh Otoritas Moneter Singapura sedikit memperketat sikap kebijakannya pada Oktober 2021. Ini untuk memastikan stabilitas harga dalam jangka menengah," kata bank sentral Singapura.
Ekspektasi inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) secara keseluruhan turun menjadi 3,1 persen pada Desember dari 3,7 persen pada kuartal sebelumnya. Secara individual, area yang mengalami penurunan ekspektasi termasuk transportasi, perumahan dan utilitas, perawatan kesehatan, rekreasi dan budaya, komunikasi, dan aneka barang dan jasa.
Ekspektasi inflasi inti, yang menghilangkan biaya akomodasi dan transportasi jalan pribadi, juga mengalami sedikit peningkatan menjadi 3,1 persen, dibandingkan dengan tiga persen pada September 2021.
Peningkatan tersebut berbanding terbalik dengan penurunan kecil yang dicatat oleh responden yang memiliki akomodasi dan menggunakan transportasi umum. Ekspektasi inflasi inti dari kelompok ini turun dari tiga persen pada September menjadi 2,9 persen pada Desember.
Survei SinDEx Desember juga mensurvei dampak covid-19 terhadap inflasi. Sekitar 59 persen responden percaya bahwa dampak pandemi akan signifikan, turun dari 64 persen pada September.
DBS dan SMU mengatakan hasilnya menunjukkan gelombang infeksi baru dan kendala lanjutan pada kehidupan normal diterima sebagai normal baru covid-19 menjadi endemik, meskipun munculnya varian Omicron.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News