Markas PBOC, di Beijing, Tiongkok. FOTO: AFP
Markas PBOC, di Beijing, Tiongkok. FOTO: AFP

Mata Uang Lokal Dinilai Mampu Perkuat Ketahanan Ekonomi Asia di Tengah Normalisasi Kebijakan

Husen Miftahudin • 16 Februari 2022 18:59
Jakarta: Gubernur People's Bank of China (PBoC) Yi Gang menilai implementasi transaksi perdagangan dan investasi menggunakan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) mampu mendorong ketahanan ekonomi negara-negara Asia di tengah potensi guncangan keuangan akibat normalisasi kebijakan negara maju.
 
"Pasar negara berkembang harus meningkatkan ketahanannya. Disinilah kerja sama keuangan regional memainkan peran kunci," ujar Yi Gang, dalam acara Finance Track Main & Side Event February Series, Rabu, 16 Februari 2022.
 
Ia mengungkapkan bank sentral negara-negara maju tengah berencana untuk mengubah arah kebijakannya menghadapi lonjakan inflasi. Hal ini akan memicu gejolak pada pasar keuangan global dalam waktu dekat.

Dirinya menekankan, pentingnya negara-negara maju untuk mengkomunikasikan arah kebijakannya. Di sisi lain, negara-negara berkembang harus meningkatkan ketahanan ekonomi untuk menghindari dampak negatif rambatan kebijakan negara-negara maju.
 
"Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara berkembang di Asia telah membuat kemajuan substansial dalam penggunaan mata uang lokal untuk perdagangan dan investasi. Hasilnya, ekonomi lebih tahan terhadap guncangan eksternal," tegasnya.
 
Yi Gang mengakui sejauh ini terdapat kemajuan yang substansial dalam penggunaan mata uang lokal untuk perdagangan dan investasi. Pertukaran mata uang dinilai membantu meningkatkan jaring pengaman keuangan global, sehingga menjadi suplemen untuk sistem moneter internasional.
 
Adapun hingga saat ini pertukaran mata uang bilateral di antara negara-negara ASEAN+3 mencapai sebesar USD380 miliar. Kondisi ini dianggap menjadi backstop bagi stabilitas moneter dan keuangan regional.
 
Sedangkan Tiongkok telah meneken kerja sama pertukaran uang lokal dengan banyak negara seiring permintaan yang kuat terhadap renminbi. Salah satunya pembaruan kerja sama dengan Bank Indonesia pada Januari 2022, di mana kedua negara memperbesar nilai pertukaran uang dari USD31 miliar menjadi USD39 miliar.
 
"Perjanjian pertukaran (mata uang lokal) ini telah memfasilitasi perdagangan dan investasi lintas batas," tutup Yi Gang.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan