Ilustrasi. FOTO: AFP/Getty Images
Ilustrasi. FOTO: AFP/Getty Images

Rusia: Apresiasi Rubel Tidak Mengancam Kebijakan Fiskal

Antara • 08 April 2022 07:56
Moskow: Kementerian Keuangan Rusia menyatakan penguatan atau apresiasi tajam rubel baru-baru ini tidak menimbulkan risiko bagi kebijakan fiskal Rusia. Adapun rubel menguat tajam di perdagangan Moskow pada Kamis waktu setempat ke level yang terakhir terlihat sebelum Rusia mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina.
 
"Apresiasi rubel berdampak pada pendapatan minyak dan gas tetapi terlalu dini untuk memberikan penilaian khusus sekarang," kata Kementerian Keuangan Rusia, dilansir dari Antara, Jumat, 8 April 2022.
 
Di sisi lain, pertumbuhan di negara berkembang Asia kemungkinan akan lebih lambat tahun ini daripada yang diperkirakan sebelumnya. Bank Pembangunan Asia (ADB) mengatakan perang di Ukraina diperkirakan menggagalkan pemulihan ekonomi di kawasan yang masih belum pulih dari pandemi covid- 19.

Ekonomi gabungan blok itu, yang meliputi Tiongkok dan India, diproyeksikan tumbuh 5,2 persen tahun ini, kata ADB dalam sebuah laporan, turun sedikit dari perkiraan 5,3 persen pada Desember, dan jauh lebih rendah dari pertumbuhan 6,9 persen di tahun sebelumnya. Untuk 2023, kawasan ini diperkirakan tumbuh 5,3 persen.
 
"Invasi Rusia ke Ukraina telah sangat mengganggu prospek untuk negara-negara berkembang Asia yang masih bersaing dengan covid-19," kata ADB dalam laporan Asian Development Outlook.
 
ADB mengatakan faktor-faktor lain juga dapat mempersuram prospek pertumbuhan kawasan, termasuk kenaikan harga-harga komoditas yang sedang berlangsung, peningkatan risiko stabilitas keuangan yang mungkin berasal dari kenaikan suku bunga agresif di Amerika Serikat, dan munculnya varian covid-19 yang lebih mematikan.
 
Ekonomi Tiongkok mungkin akan tumbuh 5,0 persen tahun ini, kata ADB, lebih lambat dari proyeksi Desember, dan jauh lebih lemah dari ekspansi 8,1 persen pada 2021, karena wabah Covid-19 mengganggu kegiatan ekonomi dan menurunkan belanja konsumen.
 
Kecuali Asia Selatan, semua sub-kawasan diperkirakan mencatat pertumbuhan yang lebih lambat dari perkiraan tahun ini. ADB sekarang memperkirakan Asia Timur dan Asia Tenggara masing-masing tumbuh 4,7 persen dan 4,9 persen, bukannya 5,0 persen dan 5,1 persen.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan