Saat ini konsumen di seluruh dunia menghadapi pengetatan pasokan makanan, di tengah larangan ekspor beras India bulan lalu dan gangguan dalam pengiriman biji-bijian Laut Hitam yang disebabkan oleh perang di Ukraina.
"Daerah banjir di utara akan mengalami penurunan hasil," kata seorang pedagang yang berbasis di Singapura di sebuah perusahaan perdagangan biji-bijian Tiongkok, dikutip dari Channel News Asia, Sabtu, 12 Agustus 2023.
Tiongkok utara, yang masih bergulat dengan sungai yang meluap dan banjir yang disebabkan oleh Topan Doksuri dua minggu lalu, dapat mengalami kerusakan tanaman lebih lanjut akibat Topan Khanun.
Provinsi Hebei Utara Tiongkok meningkatkan level tanggap daruratnya ke tingkat tertinggi setelah rekor banjir minggu lalu sebagai persiapan untuk hujan yang berpotensi merusak akibat badai baru. Perkiraan awal menunjukkan bahwa 4 juta-5 juta metrik ton jagung, atau sekitar dua persen dari produksi negara itu terkena dampak banjir.
"Kami tidak dapat memastikan berapa banyak yang akan hilang atau rusak total," kata pedagang di Singapura.
Harga jagung di Dalian Commodities Exchange turun 1,4 persen menjadi 2.759 yuan (USD381,34) per ton. Banjir juga cenderung mengurangi produksi beras.
"Banjir memang akan memengaruhi produksi beras di timur laut, dan mungkin mengurangi produksi beras sebesar 3-5 persen di daerah yang terkena banjir," kata Analis Senior di Beijing Orient Agribusiness Consultant Ma Wenfeng.
Fitch Ratings mengatakan hujan lebat di wilayah penghasil biji-bijian Tiongkok kemungkinan akan memberikan tekanan pada harga beras global. Harga beras telah naik lebih dari 20 persen sejak India mengumumkan larangan ekspor beras putih non-basmati.
Menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), impor jagung Tiongkok diperkirakan akan naik ke level tertinggi sepanjang masa sebesar 23 juta ton pada 2023-2024, naik dari 18 juta ton tahun lalu, yang kemungkinan akan mengurangi dampak banjir pada persediaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News