"Faktor utama yang memperlambat pertumbuhan global adalah pengetatan kebijakan moneter secara umum, didorong oleh pencapaian target inflasi yang melampaui perkiraan," jelas OECD, dalam Economic Outlook terbarunya, dilansir dari Antara, Selasa, 27 September 2022.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan diproyeksikan melambat tajam menjadi 0,5 persen di Amerika Serikat pada 2023, dan menjadi 0,25 persen di zona euro, dengan risiko penurunan produksi di beberapa ekonomi Eropa selama bulan-bulan musim dingin.
Organisasi tersebut mencatat inflasi telah menjadi berbasis luas di banyak negara. "Kekurangan bahan bakar yang lebih parah, terutama untuk gas, dapat mengurangi pertumbuhan di Eropa sebesar 1,25 poin persentase lebih lanjut pada 2023 dan meningkatkan inflasi Eropa lebih dari 1,5 poin persentase," katanya.
Baca: Harap Tenang! Mendag Pastikan Pemerintah Kucurkan Subsidi Jika Harga Beras Naik |
"Sementara itu, Tiongkok terus mengalami inflasi yang relatif rendah dan stabil," tambahnya.
OECD mengakui dengan berputarnya siklus ekonomi global, meredanya inflasi harga energi, dan pengetatan moneter oleh sebagian besar bank sentral utama semakin berpengaruh, inflasi harga konsumen diperkirakan melambat secara bertahap.
"Namun, masih diperkirakan bahwa inflasi tahunan pada 2023 akan tetap jauh di atas target hampir di mana-mana," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id