Adapun harga minyak dan gas alam yang melonjak ke level tertinggi beberapa tahun terakhir mendorong kenaikan harga listrik di Benua Asia dan Eropa. Akibatnya, permintaan minyak global tahun depan diproyeksikan pulih ke tingkat prapandemi.
"Rekor harga batu bara dan gas serta pemadaman bergilir mendorong sektor listrik dan industri padat energi untuk beralih ke minyak agar lampu tetap menyala dan operasi tetap berjalan," kata IEA dalam laporan minyak bulanannya, Jumat, 15 Oktober 2021.
IEA pun merevisi naik perkiraan permintaan minyak dunia tahun ini sebesar 170 ribu barel per hari, atau menjadi 5,5 juta tahun ini. Pada tahun depan, permintaan minyak diprediksi 210 ribu barel per hari dengan total penambahan 3,3 juta barel.
Kenaikan permintaan pada kuartal terakhir menyebabkan penarikan terbesar pada stok produk minyak dalam delapan tahun. Sementara tingkat penyimpanan di negara-negara OECD berada pada titik terendah sejak awal 2015.
"Data sementara Agustus sudah menunjukkan bahwa ada beberapa permintaan bahan bakar minyak, minyak mentah dan sulingan menengah untuk pembangkit listrik di sejumlah negara, termasuk Tiongkok, Jepang dan Pakistan di Asia, Jerman dan Prancis di Eropa, dan Brasil," kata IEA.
Sementara itu, IEA memperkirakan bahwa kelompok produsen OPEC+ akan memompa 700 ribu barel per hari di bawah perkiraan permintaan minyak mentahnya pada kuartal keempat tahun ini, yang berarti permintaan akan melebihi pasokan setidaknya hingga akhir 2021.
Kapasitas produksi cadangan dari grup tersebut akan menyusut dengan cepat, dari sembilan juta barel per hari pada kuartal pertama tahun ini menjadi hanya empat juta barel per hari pada kuartal kedua 2022.
"Lonjakan pengeluaran untuk transisi energi bersih memberikan jalan ke depan, tetapi ini perlu terjadi dengan cepat atau pasar energi global akan menghadapi jalan bergelombang di depan," kata laporan itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News