Pertemuan tersebut mempertemukan lusinan pejabat tinggi perusahaan multinasional dan pejabat pemerintah yang mencari cara untuk membantu mempercepat transisi ke ekonomi hijau.
Pertemuan itu terjadi setelah para pemimpin dunia mengadakan pertemuan puncak iklim PBB di Glasgow di tengah meningkatnya seruan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, yang menurut para ilmuwan sebagai bagian dari pemanasan global.
"Yeo menyerukan pembentukan koalisi dan kerja sama antara perusahaan Korea Selatan dan global untuk membantu pekerjaan negara-negara berkembang dalam pertumbuhan hijau dan pengurangan emisi karbon," kata Kementerian Perdagangan, Industri dan Energi Korsel dikutip dari Korea Herald, Minggu, 7 November 2021.
"Dia juga mengatakan bahwa pembuat kebijakan perlu mendorong perusahaan untuk lebih terlibat dalam langkah-langkah perlindungan lingkungan untuk mencegah langkah-langkah baru seperti membatasi perdagangan," tambahnya.
Dia juga memperkenalkan komitmen Korea Selatan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 40 persen dari tingkat 2018 pada 2030 sebagai bagian dari tujuan yang lebih luas untuk menjadi netral karbon pada tahun 2050.
Didirikan pada 2014, aliansi ini dimaksudkan untuk membahas aksi korporasi terhadap perubahan iklim dan mewakili para pemimpin bisnis dari berbagai sektor industri dan wilayah yang berusaha menggunakan pengaruh mereka untuk mendorong perubahan.
Yeo juga melakukan pembicaraan empat mata dengan Menteri Perdagangan Inggris Anne-Marie Trevelyan, dan kedua belah pihak membahas perdagangan bilateral dan masalah pengurangan emisi.
Yeo juga meminta kepentingan dan partisipasi Inggris dalam inisiatif Korea Selatan untuk menempatkan rantai pasokan hidrogen global, menurut kementerian.
Secara terpisah, pemasok otomotif Prancis Plastic Omnium mengatakan kepada Yeo bahwa mereka akan menginvestasikan USD30 juta untuk membangun fasilitas produksi tangki penyimpanan hidrogen di kota tenggara Korea Selatan Gyeongju pada 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News