"Penggunaan penyedia layanan uang tanpa izin untuk pencucian uang telah meningkat selama krisis virus korona tahun lalu serta penggunaan e-commerce untuk mencuci uang," kata bank sentral UEA, dalam sebuah laporan, dilansir dari Channel News Asia, Selasa, 21 September 2021.
"Penguncian yang meluas telah mengakibatkan lonjakan signifikan dalam e-commerce. Karena keterbatasan kemampuan untuk memindahkan dana dan barang selama pandemi, pelaku ilegal beralih ke e-commerce sebagai alat pencucian uang," tambahnya.
Bank sentral UEA menambahkan jumlah yang disebut 'keledai uang' -orang yang menerima dana terlarang ke rekening bank mereka untuk disimpan atau ditarik dan ditransfer ke tempat lain, mengambil komisi untuk layanan mereka- meningkat, dengan rekening sebagian besar kasus milik individu berpenghasilan rendah dari Afrika dan Asia.
Selain itu, bank sentral UEA mengidentifikasi risiko penipuan yang terkait dengan pandemi seperti perusahaan atau individu yang mengajukan klaim palsu untuk memenuhi syarat guna mendapat langkah stimulus dari pemerintah.
Seiring bank sentral UEA terus memantau dan mempelajari lebih lanjut tentang penyebaran covid-19 di komunitas ditemukan baru-baru ini bahwa adanya peningkatan ancaman penipuan eksternal, terutama dengan penjahat dunia maya yang mengeksploitasi saluran tradisional dan digital.
"Hal itu untuk melakukan serangan penipuan yang diaktifkan dunia maya dari jarak jauh dalam skala besar dalam lingkungan yang berkembang pesat," sebut bank sentral UEA.
Laporan itu muncul ketika bank sentral meningkatkan upaya untuk memerangi aliran keuangan ilegal. Satuan Tugas Aksi Keuangan, pemantau anti pencucian uang antarpemerintah, mengatakan tahun lalu bahwa perbaikan mendasar dan besar diperlukan untuk menghindari menempatkan UEA pada daftar abu-abu negara-negara di bawah pengawasan yang meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News