Situasi ini juga dapat menghadirkan tantangan bagi Pemerintahan Presiden AS dari Partai Demokrat Joe Biden. Karena hal itu memberi umpan kepada Partai Republik yang meragukan dan lembaga-lembaga multilateral, terutama hubungan mereka dengan Tiongkok.
Investigasi independen yang dirilis menemukan bahwa selama waktunya sebagai CEO Bank Dunia, Georgieva adalah salah satu pemimpin lembaga yang menekan staf untuk mengubah data untuk memberikan Tiongkok di posisi yang lebih menguntungkan dalam peringkat preferensi bisnis yang diawasi ketat pada edisi 2017.
"Georgieva ditunjuk sebagai Direktur Pelaksana IMF pada 2019, dan negara-negara anggota pemberi pinjaman harus membuat keputusan tentang apakah mereka merasa nyaman, dengan dia melanjutkan peran itu," kata peraih Nobel Paul Romer dalam sebuah wawancara, dilansir dari The Business Times, Minggu, 19 September 2021.
"Saya pikir mereka harus memikirkan pilihan mereka," tambahnya.
Georgieva membantah temuan penyelidikan dan mengatakan kepada staf IMF bahwa tuduhan itu tidak benar. "Baik dalam kasus ini maupun sebelum atau sesudah saya menekan staf untuk memanipulasi data. Saya akan meminta staf untuk memeriksa, memeriksa ulang, memeriksa tiga kali, tetapi tidak pernah mengubah, dan tidak pernah memanipulasi," klaimnya.
Dia mengaku sangat percaya pada nilai data dan analisis yang kredibel yang mengarah pada rekomendasi kebijakan untuk kepentingan anggota.
Sementara itu, Romer, yang merupakan Kepala Ekonom Bank Dunia selama waktu Georgieva di sana, mengkritiknya karena merekayasa apa yang dia gambarkan sebagai 'penghapusan' dari kekhawatiran terpisah yang dia angkat tentang laporan unggulan lembaga Doing Business.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id