Ilustrasi. Foto: AFP
Ilustrasi. Foto: AFP

Tiongkok Bakal Buka Lockdown Kerek Harga Minyak

Antara • 02 November 2022 06:59
New York: Harga minyak terangkat sekitar dua persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB). Ini karena para pedagang menunggu data stok bahan bakar AS di tengah optimisme Tiongkok, membuka kembali dari pembatasan ketat covid-19.
 
Melansir Antara, Rabu, 2 November 2022, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember terangkat USD1,84 atau 2,1 persen menjadi USD88,37 per barel di New York Mercantile Exchange.
 
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari bertambah USD1,84 atau dua persen menjadi USD94,65 per barel di London ICE Futures Exchange.
 
Badan Informasi Energi AS (EIA) akan merilis laporan status minyak mingguan pada Rabu waktu setempat. Analis yang disurvei oleh S&P Global Commodity Insights memperkirakan laporan tersebut menunjukkan penurunan 1,6 juta barel dalam pasokan minyak mentah AS selama pekan yang berakhir 28 Oktober.
 
Baca juga: IMF: Ekonomi Tiongkok Turun 1%, Kawasan Asia Juga Ikut Terpangkas 0,3%

Pedagang juga memperhatikan Federal Reserve ketika bank sentral AS akan membuat pengumuman suku bunga pada Rabu sore waktu setempat saat mengakhiri pertemuan kebijakan dua hari.
 
Pengetatan kebijakan agresif oleh bank sentral utama untuk menjinakkan inflasi telah menimbulkan kekhawatiran tentang potensi resesi dan dampaknya terhadap permintaan energi.
 
Bulan lalu, harga minyak menuai keuntungan, didukung oleh keputusan pengurangan produksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+).
 
Harga brent dan WTI keduanya mencatat kenaikan bulanan pada Oktober, yang pertama sejak Mei, setelah OPEC+, memangkas produksi yang ditargetkan sebesar dua juta barel per hari (bph). Untuk Oktober, patokan minyak mentah AS menguat 8,9 persen, sementara brent naik 7,8 persen.
 
Kemudian, OPEC menaikkan perkiraannya untuk permintaan minyak dunia dalam jangka menengah dan panjang pada Senin, 31 Oktober 2022, yang mengatakan investasi USD12,1 triliun diperlukan untuk memenuhi permintaan ini.
 
Faktor-faktor bullish ini telah mengimbangi kekhawatiran permintaan yang ditimbulkan oleh pembatasan covid-19 yang menurunkan aktivitas pabrik Tiongkok pada Oktober dan memotong impornya dari Jepang dan Korea Selatan.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
 
(ANN)



LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif