Ilustrasi. Foto: AFP/Sean Rayford.
Ilustrasi. Foto: AFP/Sean Rayford.

Inflasi AS Kian Liar, Pasar Menanti Hasil Pertemuan The Fed untuk Kenaikan Suku Bunga

Fetry Wuryasti • 15 Juni 2022 13:43
Jakarta: Pertemuan dewan gubernur bank sentral AS The Fed akan dilakukan pada 15-16 Juni waktu setempat, yang pada bulan ini juga akan menyampaikan tentang ringkasan proyeksi ekonomi untuk paruh kedua 2022 dan setahun penuh.
 
Di tengah tingginya inflasi, para analis cukup khawatir, terkait dengan kenaikan imbal hasil obligasi AS atau US Treasury yang mengganas dalam dua hari terakhir. Kenaikan imbal hasil US Treasury memberikan sebuah gambaran bahwa kenaikan imbal hasil US Treasury berpotensi untuk terjadi lebih tinggi lagi.
 
"Ini merupakan kenaikan imbal hasil US Treasury yang terbesar sejak 1987. Hal ini terjadi akibat tingginya inflasi yang mendorong potensi akan kenaikan tingkat bunga, yang mendorong kenaikan imbal hasil obligasi, dan tentu saja menyebabkan harga obligasi turun," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Rabu, 15 Juni 2022.

Imbal hasil US Treasury tenor tiga tahun telah naik hampir 25 bps menjadi 3,49 persen, tertinggi sejak 2007. Inverted yield, atau kurva yield terbalik masih menghantui pergerakan pasar. Sebab semakin lama inverted yield itu terjadi, semakin besar pula kemungkinan akan terjadi resesi ekonomi.
 
"Tampaknya kali ini pasar semakin sulit untuk percaya The Fed mampu mengendalikan inflasi tanpa menimbulkan resesi. Terlalu naif bila kita mengharapkan semua akan baik-baik saja di tengah situasi dan kondisi seperti saat ini. Akan selalu ada harga yang harus dibayar untuk dapat mengendalikan inflasi," kata Nico.
 
Inverted yield bereaksi terhadap kebijakan moneter yang lebih ketat, yang akan menghambat pertumbuhan ekonomi di Amerika. Saham kembali turun, indeks S&P 500 turun 0,38 persen, Dow Jones turun 0,5 persen. Ini merupakan hari kelima berturut-turut pasar mengalami penurunan.
 
Kali ini penurunan tampaknya mulai terbatas. Pelaku pasar dan investor mulai cenderung wait and see terkait dengan apa yang disampaikan oleh The Fed besok.
 
Spekulasi kian bekerja, dengan potensi The Fed langsung menaikan 100 bps, meski rasanya terdengar mustahil. Tidak hanya saham dan obligasi, tetapi juga hampir semua 31 mata uang melemah terhadap dolar AS. Apalagi posisi dolar sebagai safe haven asset akan menjadi pilihan utama.
 
"Sejauh ini kami melihat, The Fed membutuhkan game changer untuk dapat mengubah arus permainan dari inflasi. Kalau The Fed tidak melakukannya, inflasi akan selalu berada di tempat yang sama bahkan justru tidak terkendali. The Fed juga tidak boleh terlalu naif menginginkan perekonomian yang dapat mendarat dengan soft landing. Sebab, kemungkinannya semakin kecil," kata Nico.
 
Saat ini Goldman Sachs Group, JP Morgan Chase & Co, Barclays Plc melihat The Fed akan menaikkan tingkat suku bunga sebanyak 75 bps. Meski masih diragukan kenaikan tingkat suku bunga hingga 75 bps, akan mampu mengendalikan inflasi. Alasannya, pasokan semakin berkurang namun permintaan tetap mengalami peningkatan.
 
Berbagai bank terkemuka di dunia telah memberikan proyeksi akan suku bunga The Fed. Goldman Sachs melihat ada kenaikan sebanyak 75 bps pada Juni dan Juli, dan Fed Rate akan berada di kisaran 3,25 persen-3,5 persen pada akhir 2022, lalu 3,75 persen-4 persen di 2023, dan 3,5 persen-3,75 persen di 2024.
 
JP Morgan melihat ada potensi kenaikan 75 bps pada bulan Juni, 50 bps pada Juli dan September. Kemungkinan The Fed akan berada di kisaran 3,25 persen-3,5 persen pada awal 2023. Sementara itu Wells Fargo melihat 75 bps pada kenaikan Juni, dan Fed Rate akan berada di 3,375 persen pada akhir 2022, lalu 4,125 persen pada 2023, dan 3,125 persen pada 2024.
 
"Saat ini pasar mulai memasuki fase tenang, hingga The Fed mengeluarkan pengumumannya," kata Nico.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan