baca juga: Survei LinkedIn: Kecerdasan Buatan Ubah 65% Jenis Pekerjaan di Dunia |
Andreas Mundt menggarisbawahi kekhawatiran peraturan raksasa teknologi, dengan data penggunanya yang sangat banyak, bisa mendapatkan keunggulan kompetitif dalam teknologi baru yang digunakan di rumah pintar, pencarian web, iklan online, mobil, dan banyak produk dan layanan lainnya.
“Bagi kami sebagai otoritas persaingan, sangat penting bahwa teknologi baru ini tidak semakin memperkuat dominasi perusahaan besar,” kata Mundt dikutip dari Channel News Asia, Selasa, 10 Oktober 2023.
“Bahayanya sangat besar karena AI memerlukan dua hal, yaitu server yang kuat dan data dalam jumlah besar. Perusahaan internet besar memiliki keduanya,” ujarnya.
Mundt mengatakan bidang ini masih terbuka untuk kompetisi tetapi regulator perlu memastikan hal tersebut tetap demikian.
“Namun, model dari penyedia yang lebih kecil juga bisa menjadi begitu populer sehingga mereka berkembang ke arah sejenis sistem operasi, platform baru. Kedua perkembangan tersebut mungkin terjadi, dan sebagai otoritas kita harus berhati-hati agar potensi persaingan tidak terkubur sejak awal.”jelas dia.
Persaingan dua raksasa
Google dan Microsoft milik Alphabet baru-baru ini menjadi saingan dalam kecerdasan buatan (AI). Microsoft berinvestasi besar-besaran pada OpenAI dan Microsoft membangun chatbot Bard AI di antara investasi lainnya.Meningkatnya popularitas AI telah mendorong pemerintah di seluruh dunia untuk mencoba menerapkan peraturan mengenai penggunaan teknologi tersebut. Uni Eropa sedang berlomba untuk mengadopsi peraturan penting AI pada akhir tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News