Mengutip The Business Times, Sabtu, 26 Februari 2022, IMF mengatakan utang perusahaan mencapai USD83 triliun atau 98 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) global pada akhir 2020, dengan negara maju dan Tiongkok menyumbang 90 persen dari kenaikan hampir USD9 triliun pada 2020.
"Sekarang bank sentral menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi, biaya pembayaran utang perusahaan akan meningkat, dan penurunan dukungan fiskal akan mengekspos kerentanan perusahaan," kata IMF.
Di sisi lain, IMF mengatakan rencana kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS dapat menunda pemulihan ekonomi di Asia yang sedang berkembang. Kondisi itu juga terus menekan para pembuat kebijakan untuk waspada terhadap risiko arus keluar modal.
"Meningkatnya tekanan inflasi, perlambatan ekonomi Tiongkok, dan penyebaran kasus virus korona dari varian Omicron juga mengaburkan prospek kawasan," kata Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Changyong Rhee.
"Kami tidak mengharapkan normalisasi moneter AS menyebabkan guncangan besar atau arus keluar modal besar di Asia, tetapi pemulihan Asia yang sedang berkembang mungkin terhambat oleh suku bunga global yang lebih tinggi dan pengaruhnya," tambahnya.
Karena kekhawatiran atas Fed yang lebih hawkish mengguncang pasar global, investor memperkirakan bank sentral AS akan memberi sinyal pada rencananya untuk menaikkan suku bunga pada Maret.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id