Ilustrasi. FOTO: AFP
Ilustrasi. FOTO: AFP

Bank Sentral Rusia Berhenti Beli Emas dengan Harga Tetap

Antara • 08 April 2022 08:01
Moskow: Bank sentral Rusia mengatakan akan membeli emas dari bank-bank komersial dengan harga yang dinegosiasikan mulai 8 April karena adanya perubahan signifikan dalam kondisi pasar. Pada 25 Maret, bank sentral mengatakan akan membeli emas dengan harga tetap 5.000 rubel per gram hingga 30 Juni.
 
Mengutip Antara, Jumat, 8 April 2022, sejak pengumuman itu, rubel telah menguat tajam terhadap dolar. Adapun lima ribu rubel bernilai sekitar USD52 pada 25 Maret dan sekitar USD63 pada Kamis, 7 April. Harga emas di pasar internasional tetap stabil di kisaran USD60 per gram, atau USD1.900 per ons.
 
Rusia adalah salah satu produsen emas terbesar di dunia, tetapi penyulingan negara itu dilarang menjual emas ke pasar London, yang terbesar di dunia, setelah Kremlin mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari.

Di sisi lain, pertumbuhan di negara berkembang Asia kemungkinan akan lebih lambat tahun ini daripada yang diperkirakan sebelumnya. Bank Pembangunan Asia (ADB) mengatakan perang di Ukraina diperkirakan menggagalkan pemulihan ekonomi di kawasan yang masih belum pulih dari pandemi covid- 19.
 
Ekonomi gabungan blok itu, yang meliputi Tiongkok dan India, diproyeksikan tumbuh 5,2 persen tahun ini, kata ADB dalam sebuah laporan, turun sedikit dari perkiraan 5,3 persen pada Desember, dan jauh lebih rendah dari pertumbuhan 6,9 persen di tahun sebelumnya. Untuk 2023, kawasan ini diperkirakan tumbuh 5,3 persen.
 
"Invasi Rusia ke Ukraina telah sangat mengganggu prospek untuk negara-negara berkembang Asia yang masih bersaing dengan covid-19," kata ADB dalam laporan Asian Development Outlook.
 
ADB mengatakan faktor-faktor lain juga dapat mempersuram prospek pertumbuhan kawasan, termasuk kenaikan harga-harga komoditas yang sedang berlangsung, peningkatan risiko stabilitas keuangan yang mungkin berasal dari kenaikan suku bunga agresif di Amerika Serikat, dan munculnya varian covid-19 yang lebih mematikan.
 
Ekonomi Tiongkok mungkin akan tumbuh 5,0 persen tahun ini, kata ADB, lebih lambat dari proyeksi Desember, dan jauh lebih lemah dari ekspansi 8,1 persen pada 2021, karena wabah Covid-19 mengganggu kegiatan ekonomi dan menurunkan belanja konsumen.
 
Kecuali Asia Selatan, semua sub-kawasan diperkirakan mencatat pertumbuhan yang lebih lambat dari perkiraan tahun ini. ADB sekarang memperkirakan Asia Timur dan Asia Tenggara masing-masing tumbuh 4,7 persen dan 4,9 persen, bukannya 5,0 persen dan 5,1 persen.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan