"Bank Sentral dan Kementerian Keuangan Tiongkok menjanjikan langkah-langkah yang lebih proaktif untuk menahan perlambatan perekonomian yang didorong oleh memburuknya pasar properti, konsumsi yang terus melemah, ditambah dengan kenaikan angka covid-19," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, dilansir Mediaindonesia.com, Rabu, 29 Desember 2021.
Saat tekanan pelemahan meningkat, para pemimpin Tiongkok memastikan akan menjaga stabilitas sebagai prioritas utama mereka untuk tahun depan, memberitahukan kepada semua daerah, dan meminta kementerian untuk berbagi tanggung jawab dalam mencapai tujuan tersebut.
Bank Sentral Tiongkok sudah berjanji untuk proaktif memperkenalkan kebijakan moneter yang kondusif bagi terciptanya stabilitas ekonomi. Mereka akan menggunakan berbagai alat kebijakan moneter untuk menjaga likuiditas yang wajar dan cukup untuk memastikan pertumbuhan kredit tetap stabil.
Pemerintah Tiongkok reaktif
Pemerintah Tiongkok juga tampaknya reaktif melihat pelemahan terus terjadi. Bank Sentral Tiongkok semalam mengeluarkan pernyataan dalam Konferensi Perencanaan Perbankan untuk 2022, di saat itu pula Kementerian Keuangan mengatakan pemerintah akan secara proaktif meluncurkan kebijakan fiskal untuk menstabilkan pertumbuhan, dengan mendorong pemotongan pajak dan biaya yang lebih besar pada 2022."Pemerintah Tiongkok belakangan ini bukan proaktif yang ditonjolkan, namun lebih kepada reaktif dari apa yang ada. Proaktif harus menjadi sebuah jembatan, proaktif harus menjadi sebuah dorongan bagi Pemerintah, Bank Sentral, Kementerian, dan semua yang berkepentingan untuk menciptakan, mendorong, mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Tiongkok," kata Nico.
Perekonomian Tiongkok sudah menunjukkan tanda perlambatan dalam beberapa bulan terakhir, dengan properti memimpin. Apalagi sektor properti juga timbul masalah utang yang membuat sektor ini menjadi penuh dengan masalah. Konsumsi yang lemah, juga menjadi salah satu faktor melemahnya sektor properti.
Ditambah, Omicron kembali hadir dengan membuat perilaku masyarakat semakin enggan untuk konsumsi, bahkan menundanya. Bulan lalu penjualan properti residensial dan area perumahan baru oleh pengembang turun sekitar 20 persen dari tahun sebelumnya, sehingga mendorong penurunan laju investasi secara keseluruhan. Pertumbuhan penjualan ritel juga terus melambat, meski output industri naik hingga 3,8 persen.
"Di tengah situasi dan kondisi yang tengah dalam keadaan melambat seperti ini, apakah cukup Bank Sentral hanya memangkas tingkat suku bunga kredit turun lima bps. Meski likuiditas bertambah hingga 1,2 triliun yuan atau USD188 miliar, namun apabila tidak dilakukan distribusi kepada usaha kecil maka hal tersebut akan percuma. Karena sektor kredit terus melemah dalam kurun waktu satu tahun terakhir," kata Nico.
Bank Sentral Tiongkok sejauh ini telah mengambil pendekatan yang terkendali terhadap stimulus moneter, namun ekspektasi pertumbuhan mungkin akan terlihat lebih banyak pada tahun depan. Apalagi setelah adanya dorongan proaktif, sektor properti dan konsumsi juga masih belum pulih.
Jaga pertumbuhan kredit
Gubernur Bank Sentral Tiongkok mengatakan akan menjaga pertumbuhan kredit untuk tetap stabil, sehingga jumlah uang beredar dan total pembiayaan sosial akan meningkat dengan kecepatan yang sama dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Hal akan mengoptimalkan struktur pinjaman, dengan lebih banyak pinjaman akan berbasis terhadap perusahaan kecil dan green teknologi dengan terus menurunkan cost of fund.Pemerintah Tiongkok sudah memberikan izin kepada pemerintah daerah untuk menjual obligasi khusus senilai 1,46 triliun yuan dari kuota 2022, untuk mempercepat pengeluaran pada awal tahun depan. Mereka juga memintanya menggunakan uang dari penjualan obligasi untuk mempersiapkan berbagai proyek.
Kementerian Perdagangan Tiongkok mengatakan akan melakukan segalanya untuk menstabilkan momentum pemulihan konsumsi, menstabilkan perdagangan luar negeri, dan investasi asing. Mereka akan segera mengenalkan kebijakan dan langkah baru untuk memenuhi persyaratan terkait dengan penyesuaian lintas dan kontra siklus. Tapi kenaikan harga bahan baku dan biaya tenaga kerja akan memberikan Tiongkok kesulitan untuk menjaga kestabilan pertumbuhan perdagangan luar negeri.
Bank Sentral mengatakan saat ini risiko sistem keuangan Tiongkok masih dapat dikendalikan. Diharapkan ekspektasi pasar terhadap perusahaan properti dapat bertahap pulih, dan beberapa perubahan dan penyesuaian akan membuat sektor properti bangkit.
Bank Sentral akan mengikuti prinsip yang berorientasi terhadap pasar, dan hukum untuk dapat menangani risiko dalam perekonomian pasar. Mereka juga akan memberikan kebijakan moneter baru pada 2022 untuk mencapai tujuan bebas karbon.
"Dengan segudang keinginan, proaktif diharapkan akan menjadi proaktif bukan hanya sekadar ucapan namun juga sebuah tindakan," kata Nico.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News