Jakarta: Komitmen Uni Emirat Arab (UEA) dan tertundanya kesepakatan nuklir Iran menjadi katalis positif terhadap kenaikan minyak dunia. Pada penutupan perdagangan kemarin, minyak mentah sempat jatuh akibat rumor perpecahan komitmen OPEC.
"Meski demikian, potensi Eropa untuk ikut serta dalam embargo terhadap Rusia membatasi kenaikan harga lebih lanjut," kata Research & Development ICDX Girta Yoga, Jumat, 11 Maret 2022.
Menteri Energi UEA Suhail al-Mazrouei pada Rabu malam menyatakan UEA berkomitmen penuh terhadap kesepakatan yang dibuat bersama oleh OPEC dan sekutunya. Pernyataan al-Mazrouei tersebut meredam pernyataan yang dibuat beberapa jam sebelumnya oleh Yousef al-Otaiba, Duta Besar UEA untuk Washington yang mengatakan negaranya mendukung peningkatan produksi dan akan mendorong OPEC untuk mempertimbangkan tingkat produksi yang lebih tinggi.
Dari pasar energi AS dilaporkan bahwa persediaan minyak mentah dan bensin di AS dalam sepekan mengalami penurunan masing-masing sebesar 1,86 juta barel dan 1,41 juta barel, ungkap data yang dirilis Rabu malam oleh badan statistik pemerintah AS, Energy Information Administration (EIA).
Selain itu, dari sisi produksi dilaporkan tidak mengalami perubahan dari posisi pekan sebelumnya di level 11,6 juta barel. Laporan EIA tersebut menunjukkan laju permintaan pasar yang kuat sementara produksi tidak bertumbuh, yang mengindikasikan sinyal positif bagi harga minyak.
Sementara itu, dalam pertemuan yang berlangsung hari Rabu, tuntutan Moskow yang meminta jaminan tertulis dari AS sanksi Barat yang menargetkan Rusia atas invasinya ke Ukraina tidak akan mempengaruhi perdagangannya dengan Iran belum mendapat reaksi positif, yang membuat kesepakatan nuklir kembali tertunda.
"Terhambatnya negosiasi tersebut sekaligus membuat potensi kembalinya barel Iran ke pasar minyak global ikut tertunda," terang Girta.
Dari Eropa, para pemimpin Uni Eropa dijadwalkan bertemu pada hari Kamis untuk membahas lebih lanjut langkah-langkah untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil Rusia. Keputusan dari pertemuan itu nantinya akan ikut menentukan posisi Uni Eropa terkait embargo impor produk energi dari Rusia.
Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level USD120 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level USD100 per barel.
"Saat ini 27 negara Uni Eropa masih bergantung pada Rusia untuk 40 persen dari kebutuhan gas alam, 27 persen dari impor minyak dan 46 persen dari impor batu bara," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News