Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Kommersant, Vagit Alekperov mengatakan, pembatasan produksi minyak akan tergantung pada kondisi pasar. "Peraturan (produksi) bisa berbeda tergantung situasinya," kata Alekperov, dilansir dari Channel News Asia, Kamis, 9 September 2021.
"Untuk saat ini di September 2022 akan menandai tonggak sejarah ketika pembatasan harus dihapus. Perusahaan memiliki produksi menganggur hingga 90 ribu barel per hari, yang kami harap akan dibutuhkan oleh pasar," tambahnya.
Lukoil mengatakan sebelumnya bahwa mereka dapat mengurangi kepemilikannya dalam proyek minyak West Qurna-2 Irak. Alekperov mengatakan Lukoil tetap dalam pembicaraan dengan Pemerintah Irak untuk tetap terlibat dalam proyek tersebut.
Alekperov mengatakan formasi Yamama di ladang minyak West Qurna 2 terbukti sulit untuk disadap karena mengandung hidrogen sulfida tingkat tinggi. Terlepas dari itu semua, negara produsen utama terus berupaya menjaga agar harga minyak tidak kembali jatuh dan bisa terus membaik di masa mendatang.
Sebelumnya, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dipimpin Rusia atau dikenal sebagai OPEC+ sepakat untuk terus meningkatkan produksi minyak secara bertahap seperti yang telah mereka sepakati pada pertemuan mereka di Juli.
Pada pertemuan virtual, kelompok tersebut memutuskan untuk meningkatkan produksi dengan tahapan bulanan sebesar 400 ribu barel per hari hingga akhir 2022. Kesepakatan itu datang meskipun ada tekanan dari Washington, yang bulan lalu mengatakan rencana kenaikan itu tidak cukup untuk memenuhi permintaan.
Hal itu mendesak OPEC untuk meningkatkan produksi minyak lebih cepat karena negara-negara di seluruh dunia berusaha untuk keluar dari pandemi covid-19. Namun, kondisi tersebut juga dengan mencermati permintaan dan pergerakan harga agar tidak kembali mengalami tekanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News