Korea Selatan. Foto : AFP.
Korea Selatan. Foto : AFP.

Bank Sentral Korsel Tegaskan Kenaikan Suku Bunga Terpengaruhi The Fed

Arif Wicaksono • 28 Agustus 2022 18:25
Seoul: Gubernur Bank Sentral Korsel Rhee Chang-yong mengatakan suku bunga perlu terus meningkat sampai inflasi menurun, tetapi negara itu kemungkinan tidak dapat menghentikan siklus pengetatannya sebelum The Fed melakukanya.
 
Apresiasi dolar AS yang didorong oleh kenaikan suku bunga Fed telah menambah inflasi di banyak perekonomian di seluruh dunia, termasuk Korea Selatan, karena nilai mata uang lokal turun.
 
baca juga: Korsel Naikkan Suku Bunga Acuan 25 Bps

"Kami sekarang independen dari pemerintah, tetapi kami tidak independen dari The Fed. Jadi jika The Fed terus menaikkan suku bunga maka akan ada tekanan depresiasi untuk mata uang kami," kata Rhee dikutip dari Channel News Asia, Minggu 28 Agustus 2022.
 
"Meskipun bank sentral korsel mulai menaikkan suku bunga sebelum The Fed, dengan kenaikan pertama datang setahun yang lalu apakah kita bisa mengakhiri lebih awal, saya rasa tidak." tegas dia.

Meskipun dia memperkirakan inflasi domestik akan mendingin pada Agustus dibandingkan dengan tingkat 6,3 persen yang terlihat pada Juli 2022, terlalu prematur untuk mengatakan bahwa inflasi telah mencapai puncaknya, terutama karena, saat musim dingin mendekat, harga gas dapat kembali naik.
 
Bank Sentral Korsel menaikkan suku bunga seperempat poin pada pertemuan terakhirnya menjadi 2,5 persen, dan mengatakan kenaikan lebih lanjut seperempat poin akan sesuai untuk beberapa waktu selama jalur inflasi tetap seperti yang diperkirakan saat ini. Titik penghentian, kata Rhee, akan bergantung pada perkembangan terakhir inflasi.
 
"Pada titik ini saya tak bisa mengatakan kita berada di depan kurva selama inflasi tetap tinggi, artinya 4-5 persen  maka kami pasti akan terus menekankan normalisasi suku bunga," jelas dia.
 
Inflasi di Korsel diperkirakan akan mencapai sekitar 5 persen pada akhir 2022, dan turun hingga 2023. Bank sentralnya, seperti banyak bank lainnya, menargetkan inflasi 2 persen.
 
Rhee berbicara di sela-sela konferensi penelitian Fed di mana para gubernur bank sentral global sebagian besar menggunakan bahasa yang sama untuk menggambarkan pertempuran bersama mereka melawan kenaikan harga.
 
Meskipun masalah utamanya sama, inflasi jauh melampaui target yang ditetapkan, sumber tekanan harga. Oleh karena itu respons kebijakan berbeda di antara banyak negara. Untuk ekonomi terbuka yang lebih kecil seperti Korea Selatan, situasinya sangat kompleks karena efek limpahan dari kebijakan yang ditetapkan di tempat lain.
 
Rhee mengatakan masalah geopolitik baru, dengan perang Ukraina memicu biaya energi yang lebih tinggi serta ketegangan antara AS dan Tiongkok.
 
"Ini adalah risiko penurunan yang sangat besar bagi kami, geopolitik dan ketegangan AS-Tiongkok menurut saya merupakan faktor yang sangat penting," katanya.
 
Tetapi dia juga mengatakan ada peluang bagi Korsel karena ekonomi global direorganisasi setelah pandemi. Prioritas utama sekarang adalah mengalahkan inflasi, masalah yang dibagi di seluruh dunia meskipun penyebabnya mungkin berbeda.
 
“Saya benar-benar dapat melihat bahwa situasi dan tantangan yang dihadapi AS sangat berbeda tantangan yang saya hadapi, dan (mungkin) berbeda juga dengan rekan-rekan Eropa saya,” kata Rhee.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan