"Pasar keuangan di kawasan ini sudah merasakan dampak dari pandemi covid-19, dengan investasi asing dan kegiatan sektor pada sisi negatifnya, ditambah dengan masalah perdagangan yang sedang berlangsung," kata Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada, seperti dikutip dari Xinhua, Rabu, 25 Maret 2020.
"Upaya untuk meredam dampak negatif pandemi melalui paket stimulus dan langkah-langkah moneter untuk mendukung rumah tangga yang terkena dampak, bisnis, dan pasar keuangan harus terus berlanjut," tambah Sawada.
Negara berkembang di Asia Timur terdiri dari daratan Tiongkok, Hong Kong yang ada di bawah naungan Tiongkok, Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Terlepas dari di Asia Timur, laporan itu mengatakan, imbal hasil obligasi pemerintah juga menurun di negara-negara maju utama.
Laporan itu menyasar pasar Eropa antara 31 Desember 2019 hingga 29 Februari 2020 sebagai contoh karena investor mengambil pendekatan penghindaran risiko dan industri lokal mengurangi kegiatan karena situasi kesehatan global.
"Hal ini mengakibatkan kerugian di pasar ekuitas di kawasan itu, melemahnya mata uang terhadap dolar AS, dan meluasnya spread swap default kredit," kata ADB.
Laporan ADB juga menyebutkan beberapa bank sentral di Asia Timur telah memotong tingkat kebijakan mereka guna mengurangi dampak ekonomi dari pandemi covid-19, termasuk Bank Rakyat Tiongkok, Bank Thailand, Bank Indonesia, Bangko Sentral ng Pilipinas, Bank Korea, Bank Negara Malaysia, Otoritas Moneter Hong Kong, dan Bank Negara Vietnam.
Sementara di Maret 2020, Federal Reserve AS telah memangkas suku bunga acuan sebanyak dua kali, dan membuat suku bunga mendekati nol persen, bersama dengan langkah-langkah lain untuk mendukung pasar keuangan. Bukan tidak mungkin the Fed akan terus menggencarkan kebijakan moneternya guna meredam dampak buruk covid-19.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News