baca juga: Bos IMF Soroti Membesarnya Ketidakpastian Ekonomi Global |
"Dalam lingkungan ini, kita juga harus mendukung negara emerging market dan berkembang yang rentan," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva pada konferensi pers selama pertemuan tahunan IMF, dikutip dari Antara, Jumat, 14 Oktober 2022.
Lebih dari seperempat negara berkembang telah gagal atau memiliki perdagangan obligasi pada tingkat yang tertekan. Serta lebih dari 60 persen negara berpenghasilan rendah berada dalam, atau berisiko tinggi, kesulitan utang, menurut IMF.
Georgieva mengatakan guncangan berulang dan kemunduran pertumbuhan menimbulkan pertanyaan yang lebih besar:
"Apakah kita mengalami pergeseran ekonomi mendasar dalam ekonomi dunia, dari dunia yang relatif dapat diprediksi dan stabil, ke ketidakpastian dan volatilitas yang lebih besar?," jelas dia.
Untuk pembuat kebijakan, kata Georgieva, ini adalah waktu yang jauh lebih kompleks, yang membutuhkan tangan yang mantap pada tuas kebijakan.
"Harga kesalahan langkah kebijakan, harga komunikasi yang buruk tentang niat kebijakan, sangat tinggi." tegas dia.
Dia pun mendesak para pembuat kebijakan untuk menurunkan inflasi, menerapkan kebijakan fiskal yang bertanggung jawab, dan menjaga stabilitas keuangan.
"Jika kita ingin membantu orang dan melawan inflasi, kita harus memastikan bahwa kebijakan fiskal dan moneter berjalan beriringan. Ketika kebijakan moneter mengerem, kebijakan fiskal tidak boleh menginjak pedal gas. Itu akan membuat perjalanan yang sangat berbahaya," kata dia.
Sejak pandemi dimulai, IMF telah memberikan USD260 miliar dalam bentuk dukungan keuangan kepada 93 negara. Sejak perang Rusia-Ukraina, ia telah mendukung 18 program baru dan tambahan dengan hampir USD90 miliar.
"Dan kami sekarang memiliki 28 negara tambahan yang menyatakan minatnya untuk menerima dukungan dari IMF," kata Georgieva.
Dia juga menyerukan upaya yang lebih kuat untuk menghadapi kerawanan pangan, mencatat 345 juta orang sangat rawan pangan. Sekitar 48 negara sangat terpengaruh oleh kerawanan pangan, sebagian besar berada di sub-Sahara Afrika.
IMF baru-baru ini mengumumkan jendela kejutan pangan baru, sebuah mekanisme yang memberikan pinjaman darurat untuk membantu negara-negara rentan mengatasi kekurangan pangan dan kenaikan biaya akibat perang Rusia-Ukraina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News