baca juga: ADB Beri Pinjaman USD138,52 Juta untuk Pengembangan Kawasan Sains di Indonesia |
ADB mengatakan dalam suplemen untuk laporan Outlook Pembangunan Asia, pihaknya memperkirakan pertumbuhan 2022 di negara berkembang Asia melambat menjadi 4,2 persen, turun sedikit dari perkiraan 4,3 persen pada September dan menandai kelima kalinya prospek diturunkan.
Untuk tahun depan, ekonomi blok gabungan, yang meliputi Tiongkok dan India, diproyeksikan tumbuh 4,6 persen, jauh lebih lambat dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,9 persen.
"Pemulihan di Asia yang sedang berkembang diperkirakan akan berlanjut tetapi kehilangan tenaga," kata ADB, dikutip dari Antara, Rabu, 14 Desember 2022.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok kemungkinan akan lebih lambat dari perkiraan sebelumnya tumbuh 3,0 persen tahun ini dan 4,3 persen tahun depan, lebih lemah dari perkiraan ADB sebelumnya masing-masing sebesar 3,3 persen dan 4,5 persen.
"Aktivitas ekonomi di RRT (Republik Rakyat Tiongkok) tetap terhambat oleh wabah covid-19 yang sporadis, pembatasan nol covid-19, dan berlanjutnya pelemahan di pasar properti," kata ADB.
Prospek pertumbuhan untuk subkawasan beragam, dengan prakiraan 2022 untuk Asia Tenggara dan Asia Tengah direvisi lebih tinggi, sedangkan proyeksi untuk Asia Timur untuk tahun ini dan berikutnya dipangkas karena melemahnya ekonomi Tiongkok.
"Kawasan Asia Tenggara melihat sedikit jeda dari kenaikan harga konsumen dengan inflasi regional sekarang diperkirakan akan menetap di 4,4 persen tahun ini dari 4,5 persen sebelumnya, dan 4,2 persen pada 2023," kata ADB.
ADB memperingatkan risiko terhadap prospek pertumbuhan tetap ada karena konflik Rusia-Ukraina dapat memperbaharui lonjakan harga komoditas, pemicu inflasi global dan mendorong pengetatan moneter lebih lanjut.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News