"Pihak berwenang akan menggunakan berbagai alat kebijakan moneter dan meningkatkan penerapan kebijakan moneter yang hati-hati untuk memberikan dukungan yang lebih kuat kepada perekonomian," menurut pembacaan dari pertemuan Dewan Negara yang dipimpin oleh Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang, dilansir dari The Business Times, Kamis, 14 April 2022.
Bahkan, menurut pernyataan itu, ada lebih banyak tekanan ke bawah pada ekonomi dan perlu ada langkah-langkah baru untuk meningkatkan kepercayaan. Namun, ketika ekonomi bergerak dalam kisaran yang wajar ternyata kesulitan domestik dan eksternal jauh lebih besar dari yang diperkirakan.
"Hal itu diakibatkan wabah virus yang lebih sering muncul, pemulihan ekonomi global yang melambat, dan harga komoditas yang berfluktuasi seperti biji-bijian dan energi," kata laporan itu.
Target pertumbuhan ambisius pemerintah sekitar 5,5 persen untuk tahun ini tampak goyah hanya sebulan setelah diumumkan, dengan perang di Eropa menyebabkan harga energi melonjak dan Shanghai serta kota-kota lain terkunci untuk menahan wabah covid terbesar dalam dua tahun.
Adapun sikap pelonggaran PBoC sangat kontras dengan bank sentral utama lainnya seperti Federal Reserve, yang diperkirakan terus menaikkan suku bunga tahun ini untuk mengekang inflasi yang melonjak. Otoritas moneter Tiongkok akan fleksibel dalam penggunaan alat kebijakan mereka untuk memberikan dukungan yang lebih baik kepada ekonomi riil.
"Sambil memastikan likuiditas cukup memadai," kata pernyataan itu.
Pemerintah akan mengkaji bagaimana mendorong konsumsi dan investasi, serta menunda pemungutan pembayaran pensiun untuk industri seperti restoran, ritel, dan pariwisata yang sedang berjuang, terutama perusahaan kecil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News