Mata uang Dolar AS. Foto : AFP.
Mata uang Dolar AS. Foto : AFP.

Lagi Marak, Ini Manfaat dan Pengertian Dedolarisasi

Arif Wicaksono • 20 April 2023 11:38
Jakarta: Dolar AS telah lama menjadi mata uang dominan dalam perdagangan internasional. Namun, tren terkini menunjukkan negara-negara di dunia semakin mengurangi ketergantungan mereka pada dolar.
 
Kekuasaan dolar dimulai selama Perang Dunia I, ketika AS muncul sebagai kekuatan ekonomi global. Perjanjian Bretton Woods pada 1944 mengukuhkan status dolar sebagai mata uang cadangan utama sekaligus mengakhiri era standar emas.

Apa Itu Dedolarisasi

Dedolarisasi adalah proses penggantian Dolar Amerika Serikat (AS) sebagai mata uang yang digunakan untuk perdagangan dan perjanjian bilateral.
 
Lambat laun posisi dolar AS dalam perdagangan dunia kerap menurun dengan sebesar 71 persen pada 1999 menjadi sekitar 59 persen pada  2022. Bahkan, tren penurunan penggunaan dolar AS bisa kerap anjlok ketika banyak negara melakukan dedolarisasi.

Era kejayaan dolar AS pudar dengan dedolarisasi yang sedang marak di negara-negara yang menjalin kerja sama atau transaksi bilateral dengan mata uang lokal negara tersebut. Contohnya, sistem Local Currency Transaction (LCT) di Kawasan Asia Tenggara.
 
Baca Juga: Yang Perlu Kamu Tahu soal BRICS, Berikut Pengertiannya

Tak hanya di kawasan Asia Tenggara tren ini semakin menguat ketika aliansi BRICS yakni Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan sedang menciptakan alat pembayaran baru untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang dolar AS dan euro.

Keuntungan Dedolarisasi

1. Mata uang lokal lebih berdaulat

Gejala dedolarisasi memungkinkan mata uang lokal menjadi lebih berdaulat karena tak harus dikonversi ke dolar AS sebelum bisa digunakan untuk perdagangan lintas negara. Akibatnya dedolarisasi menawarkan sejumlah manfaat meliputi diversifikasi risiko, penguatan mata uang nasional, peningkatan kemandirian kebijakan moneter, dan pengurangan kerentanan terhadap sanksi AS.

2. Negara lebih bebas dan tak bergantung

Dedolarisasi membuat negara dapat secara bebas memilih mengadopsi mata uang yang berbeda, atau sekeranjang mata uang, sebagai sarana utama transaksi internasional.  Ini dapat mencakup peningkatan penggunaan mata uang lokal, mata uang regional, atau mata uang cadangan alternatif.
 
Contohnya perdagangan LNG yang diselesaikan dengan yuan oleh Tiongkok dan Prancis, Rusia beralih ke yuan Tiongkok di tengah ketegangan geopolitik, dan kesepakatan Tiongkok dan Brasil untuk berdagang dalam mata uang mereka sendiri.

3. Bebas dari tekanan AS

Dedolarisasi muncul ketika banyak negara berhati-hati untuk tunduk pada yurisdiksi AS saat bertransaksi dalam dolar AS. Ketika dolar AS digunakan dalam transaksi atau dikliringkan melalui bank-bank Amerika, entitas tunduk pada yurisdiksi AS, bahkan jika mereka tidak memiliki hubungan dengan AS.
 
Situasi ini pernah terjadi ketika Washington menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018 dan memulihkan sanksi terhadap Teheran, menempatkan perusahaan multinasional Eropa dalam risiko hukuman dari Washington jika mereka terus berbisnis dengan Iran.
 
Negara Eropa memiliki motivasi yang kuat untuk beralih dari dolar AS, seperti halnya banyak negara lain yang tidak ingin tunduk pada hukum AS ketika melakukan bisnis dengan negara-negara yang tidak disukai AS.
 
Sementara itu, sejumlah kelemahan mencakup tantangan transisi, potensi ketidakstabilan jangka pendek, dan penerimaan global yang terbatas terhadap mata uang alternatif sebagai transaksi perdagangan karena sampai saat ini masih banyak negara menggunakan dolar AS.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan