"Indonesia mendukung proposal Prioritas Ekonomi Kamboja untuk 2022 selaku Ketua ASEAN. Namun, kami juga menekankan agar outputnya harus konkret dan doable (bisa dilakukan). Saat ini ASEAN sudah memiliki banyak inisiatif, jadi harus dipastikan inisiatif yang diusung oleh Chair harus bermanfaat dan tidak tumpang tindih," tegas Direktur Perundingan ASEAN Dina Kurniasari yang mewakili Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional saat memimpin Delegasi Indonesia pada pertemuan tersebut, dikutip Minggu, 27 Februari 2022.
Pertemuan juga mendiskusikan berbagai perkembangan untuk integrasi ekonomi kawasan dan pemulihan ekonomi pascacovid-19, antara lain dukungan untuk meluncurkan perundingan upgrading Persetujuan Perdagangan Barang di ASEAN (ATIGA) pada pertemuan AEM Retreat, Maret mendatang dan MoU on the Implementation of Non-Tariff Measures on Essential Goods under the Hanoi Plan of Action yang diperpanjang hingga 2024.
"MoU List of Essential Goods sangat penting untuk memastikan adanya arus perdagangan barang yang bebas hambatan di masa pandemi khususnya untuk produk-produk esensial seperti obat-obatan dan vaksin. Namun ke depannya kami menegaskan, diperlukan parameter yang jelas untuk memasukkan produk dalam daftar esensial dan pentingnya dilakukan kajian untuk melihat manfaat dari MoU," tutur Dina.
Pertemuan juga membahas berbagai isu ekonomi antara ASEAN dengan negara mitranya, antara lain Upgrading Perjanjian ASEAN-Australia-New Zealand FTA (AANZFTA) yang ditargetkan selesai September ini, ASEAN-India Trade in Goods Agreement (AITIGA); Joint Feasibility Study Upgrading ASEAN-China FTA (ACFTA), dan ASEAN-Korea FTA (AKFTA).
"Proses upgrading Persetujuan ASEAN dengan para negara mitranya merupakan upaya ASEAN dalam meningkatkan relevansi perjanjian tersebut dengan perkembangan ekonomi dunia yang sangat pesat. Sehingga menjadi lebih responsif, tangguh, modern, bernilai tambah, dan trade facilitative untuk para pelaku usaha dalam mengoptimalkan utilisasinya," tutur dia.
Pada pertemuan ini, Indonesia selaku country coordinator untuk perundingan ASEAN-Canada FTA (ACAFTA) juga menyampaikan paparan terkait perkembangan terakhir dari perundingan ini. ACAFTA merupakan perundingan ASEAN pertama dengan Mitra dari benua Amerika.
"Perundingan ACAFTA ditargetkan dapat diselesaikan secara substansial pada 2023. Sehingga, seluruh pihak perlu mengintensifkan berbagai upaya untuk menjembatani berbagai perbedaan dan memfinalisasi berbagai persiapan untuk menghadapi putaran pertama April 2022," pungkas Dina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News