Ilustrasi. FOTO: FREDERIC J. BROWN/AFP
Ilustrasi. FOTO: FREDERIC J. BROWN/AFP

Tiongkok Masih Butuh Australia untuk Dorong Pemulihan Ekonomi

Angga Bratadharma • 21 Januari 2021 08:30
Hong Kong: Tiongkok dan Australia menghabiskan sebagian besar tahun lalu dalam ketegangan perdagangan. Tetapi seiring dengan pemulihan ekonomi terbesar kedua di dunia, Tiongkok membutuhkan lebih banyak bijih besi dan Australia masih menjadi pemasok utamanya.
 
Beijing melaporkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 2,3 persen pada tahun lalu, mencegah resesi yang mencengkeram sebagian besar dunia ketika pandemi virus korona menyebar. PDB pada kuartal keempat tumbuh sebesar 6,5 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
 
Kontribusi besarnya adalah keputusan Pemerintah Tiongkok untuk berinvestasi besar-besaran dalam proyek infrastruktur. Produksi industri naik 7,3 persen pada Desember dibandingkan dengan periode sama di tahun sebelumnya. Sedangkan produksi baja mentah mencapai rekor 1,05 miliar metrik ton pada 2020 atau meningkat lima persen dari 2019.

Tiongkok tidak dapat mempertahankan hasil seperti itu tanpa bijih besi, yang dibutuhkan guna membuat baja untuk jalan, jembatan, dan bangunan. Adapun Tiongkok mengimpor 17 persen lebih banyak bijih besi pada tahun lalu daripada di 2019. Sedangkan Australia adalah pemenang besar dari permintaan yang meningkat itu.
 
Tercatat Australia berkontribusi sekitar 60 persen bijih besi yang diimpor Tiongkok. "Pemulihan industri Tiongkok yang mengesankan telah memicu permintaan untuk produksi baja, dan Australia adalah pemasok utama pembuatan baja ke Tiongkok," kata Ekonom Oxford Economics Sean Langcake, dilansir dari CNN, Kamis, 21 Januari 2021.
 
Ketergantungan Tiongkok pada bahan mentah dari Australia sangat kontras dengan upaya Beijing untuk menekan Canberra. Setelah Pemerintah Australia menyerukan penyelidikan internasional tentang asal-usul pandemi tahun lalu, Tiongkok memberlakukan tarif tinggi atau larangan impor anggur, daging sapi, barley, dan batu bara.
 
Namun ketergantungan Tiongkok pada bijih besi dari Australia tetap kuat. Raksasa pertambangan Rio Tinto (RIO) melaporkan bahwa pengiriman material naik 2,4 persen pada kuartal lalu, dibantu oleh pembelian yang kuat dari Tiongkok.
 
"Di Tiongkok, sektor industri telah pulih dan sekarang berada pada tingkat sebelum covid karena penyebaran stimulus yang cepat," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
 
Fortescue Metals Group (FSUGY), penambang bijih besi utama Australia lainnya, melaporkan pada Oktober 2020 bahwa permintaan yang kuat dari Tiongkok membantu perusahaan mencapai rekor pengiriman material. Kemudian dilaporkan bahwa mereka menandatangani kesepakatan senilai USD4 miliar dengan pabrik baja besar Tiongkok untuk ekspor bijih besi.
 
Australia bukan satu-satunya negara yang memasok bahan mentah vital ini ke Tiongkok. Tapi sejauh ini sumber terbesar, dan seorang analis mengatakan akan sulit untuk diganti jika hubungan antara kedua negara semakin memburuk.
 
"Jika pengiriman bijih besi dari Australia dibatasi, Tiongkok akan dipaksa membayar harga yang lebih tinggi untuk impor bijih besi dari tempat lain," pungkas Langcake.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan